KOTA BATU – Ajak masyarakat untuk komitmen terhadap Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika, Bambang Noersena bersama Daniel Rohi dari DPRD Provinsi Jawa Timur, angkat bicara dalam sosialisasi wawasan kebangsaan, senin (24/10/2022).
Bertema ‘Peran dan Partisipasi Gereja Dalam Pelayanan di Bidang Politik’ yang diselenggarakan di Hotel Zamzam Kota Batu, Bambang mengungkapkan sejarah nama Indonesia berdasarkan catatan modern dan kuno.
“Sedangkan nama Indonesia berasal dari 2 kata Yunani, yaitu Indus yang artinya India dan Nesos yang artinya Pulau. Ini menurut catatan terbaru,” kata Bambang.
Lanjut Bambang, keberadaan Indonesia tercatat dalam sejarah kuno India. Pada masa itu, Indonesia disebut ‘Dwipantara’ dalam bahasa Sansekerta. Tak cuma itu, tertulis dalam kitab ‘Ramayana’, Indonesia disebut ‘Swarnadwipa’, yang artinya Pulau Emas, atau sekarang dinamakan Sumatera.
Bambang menjelaskan Indonesia menurut catatan baru, berawal dari George Samuel Windsor Earl, seorang ahli etnologi, menulis artikel berjudul ‘Karakteristik Terkemuka dari Bangsa-bangsa Papua, Australia dan Melayu-Polinesia’ di Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia. Ia menyebut ‘Indunesia’ dan ‘Melayunesia’.
“Berdasarkan tulisan George Samuel Windsor Earl sebelumnya, James Richardson Logan dalam artikel The Ethnology of the Indian Archipelago, menyebut mengganti huruf u menjadi huruf o, jadilah yang semula disebut Indunesia menjadi Indonesia,” kata Bambang.
Selanjutnya ia menjelaskan sejarah Piagam Jakarta, yang berhubungan dengan seorang Johannes Latuharhary, dari Ambon. Menurut Latuharhary, ada kata dalam Piagam Jakarta yang berdampak terhadap hukum-hukum adat, salah satunya hukum adat di Ambon.
Terkait sejarah kemajemukan di peradaban masa lalu, Bambang tegas kemajemukan sudah ada sejak jaman dulu. Hal itu tercatat dalam Kakawin Nagarakertagama dan Kakawin Sutasoma, yang ditulis di masa Kerajaan Majapahit.
“Semua perbedaan disatukan oleh Pancasila. Bukti itu ada dalam Nagarakertagama, ada di Sutasoma, ini sudah ada sejak Majapahit,” pungkas Bambang.
Menyambung sejarah tersebut, Daniel Rohi dari DPRD Provinsi Jawa Timur menjelaskan ada upaya menggeser Pancasila dari dasar jatidiri orang Indonesia. Menurutnya, Pancasila menyatukan segala kemajemukan yang ada di Indonesia.
“Semua perbedaan di Indonesia disatukan oleh Pancasila. Di Indonesia ini bermacam-macam, tapi semua kumpul jadi satu, satu tanah air, satu bangsa, satu bahasa,” pungkasnya (DS)