Bamsoet Ajak Komunitas Otomotif Sebarkan Nilai Kebangsaan

  • Whatsapp

JAKARTA, Beritalima.com– Ketua MPR RI yang juga Ketua Umum Ikatan Motor Indonesia (IMI), Bambang Soesatyo bangga karena dalam usia Volkswagen Beetle Club Indonesia (VBCI)ke-39 tahun sukses membangun citra positif di mata masyarakat.

Sukses klub otomotif ini melalui berbagai aksi sosial kemanusiaan di daerah terdampak bencana dan yang tidak kalah pentingnya adalah aksi peduli lingkungan dengan mengurangi dan mengelola sampah plastik secara bijak serta gerakan penghijauan lingkungan dengan melakukan penanaman pohon.

Spirit kebersamaan kultur organisasi VBCI yang keanggotaannya bersifat inklusif dan merangkul semua golongan, menjadikannya sebagai rumah besar bagi seluruh pecinta mobil Volkswagen, tanpa adanya sekat sosial ekonomi yang membatasi.

Karena itu, kata politisi senior Partai Golkar ini pada peringatan HUT ke-39 VBCI, ini harus menjadi momentum untuk menegaskan eksistensinya sebagai klub otomotif yang mengedepankan nilai-nilai kekeluargaan, semangat solidaritas, brotherhood, dan gotong royong.

Hal tersebut diungkapkan wakil rakyat dari Dapil VII Provinsi Jawa Tengah ini dalam Syukuran HUT ke-39 VBCI sekaligus Sosialisasi Empat Pilar MPR RI di Halaman Gedung Nusantara III Komplek Parlemen Senayan, Jakarta, Minggu (6/6). Turut hadir antara lain Ketua Umum Volkswagen Indonesia Association (VIA) Komjen Pol (Purn) Nanan Soekarna, dan Ketua VBCI Ken Eksakti.

Pria yang akrab disapa Bamsoet tersebut lebih jauh menjelaskan, dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara, semangat kebersamaan yang dibangun komunitas klub otomotif adalah manifestasi dari nilai kebangsaan yang telah, sedang dan akan terus kita bangun serta perjuangkan.

Hal itu, lanjut Bamsoet, sangat penting. Soalnya, ke depan, perkembangan zaman dan kemajuan teknologi akan mengubah paradigma, dinamika dan kompleksitas berbagai tantangan kebangsaan yang akan kita hadapi.

Pada kesempatan tersebut, Bamsoet mengatakan, memudarnya identitas dan karakteristik bangsa dapat dirasakan ketika peradaban dan nilai-nilai kearifan lokal kian tergeser gaya hidup hedonis, individualis, egois serta pragmatis.

“Soalnya, tradisi dan nilai luhur budaya bangsa dianggap kuno dan membosankan, sedangkan pada saat yang sama, nilai-nilai budaya asing diagungkan,” demikian Bambang Soesatyo. (akhir)

 

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com beritalima.com beritalima.com

Pos terkait