JAKARTA, Beritalima.com– Bentang alam, kebudayaan serta kearifan lokal di setiap daerah merupakan penguat jati diri bangsa Indonesia. Tidak semua negara punya ketiga elemen tadi. Di Indonesia, setiap daerah memiliki karakter berbeda dari segi alam, kebudayaan, maupun kearifan lokal. .
“Keanekaragaman itu harus diangkat agar bisa dikembangkan menjadi potensi ekonomi bagi masyarakat lokal. Ini bukan tanggungjawab dari pemerintah pusat maupun daerah semata, juga harus didukung pelaku usaha mulai dari UMKM sampai ke level konglomerasi besar,” ungkap Ketua DPR RI, Bambang Soesatyo.
Hal tersebut diungkapkan politisi senior Partai Golkar ini saat membuka acara ‘Ardindo Gowes dan Pasar Rakyat 2019’ di Lapangan Mapolda Jawa Barat di Bandung, Sabtu (2/3).
Hadir dalam acara itu antara lain Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Waka Polda Jawa Barat Brigjen Pol. Akhmad Wiyagus, Wakil Bupati Sumedang Erwan Setiawan, Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Barat Cucu Sutara, dan Ketua Ardindo Jawa Barat Nana Mulyana.
Sebagai Ketua Umum Asosiasi Perdagangan Barang, Distributor, Keagenan dan Industri Indonesia (Ardindo), dia berharap acara Gowes dan Pasar Rakyat 2019 ini bisa merekatkan persaudaraan sesama anak bangsa.
Soalnya, saat ini bangsa Indonesia dihadapi hiruk pikuk kampanye politik yang tidak jarang dibumbui berbagai berita bohong (hoax) dan ujaran kebencian (hate speech), sehingga cenderung membuat perpecahan.
Ardindo Gowes ini start dari lapangan Mapolda Jawa Barat dan finish di alun-alun Kabupaten Sumedang. Peserta dimanjakan dengan panorama cantiknya alam Indonesia.
“Disepanjang rute perjalanan 60 km itu, peserta Gowes menyaksikan bukti perjuangan dan kegigihan warga pribumi dalam membuka jalan legendaris yang diprakarsai Gubernur VOC Jenderal J.W Deandels,” terang Bamsoet.
Tidak hanya menggowes, laki-laki yang akrab disapa Bamsoet ini juga mengatakan, Ardindo memberikan bantuan untuk pembangunan masjid di Cimanggung. Ada juga event Pasar Rakyat di alun-alum Kabupaten Sumedang yang memfasilitasi pengusaha UMKM menampilkan berbagai produk unggulannya.
Ardindo siap menjadi mitra kerja produsen lokal agar bisa memperluas pangsa pasar mereka. Bukan hanya menembus kancah nasional, tetapi juga mendobrak pasar internasional.
Kekuatan utama ekonomi Indonesia bukan terletak pada investasi asing yang rentan dipengaruhi perekonomian global. Kekuatan utama ekonomi Indonesia justru terletak pada sektor UMKM.
“Tahun lalu jumlahnya sudah mencapai 62,9 juta dengan kontribusi 60 persen terhadap pendapatan domestik bruto (PDB),” kata wakil rakyat dari Dapil VIII Provinsi Jawa Tengah ini.
Dikatakan Bamsoet, pada saat konglomerasi perusahaan besar tidak mampu menghadapi terpaan krisis ekonomi 1997 dan krisis global 2008, sektor UMKM yang justru menjadi penyelamat perekonomian Indonesia. UMKM tidak hanya menjadi katup pengaman, juga menjadi dinamisator pertumbuhan ekonomi pasca krisis.
“Belajar dari pengalaman di masa krisis itulah, dalam berbagai rapat kerja dengan kementerian dan lembaga negara, DPR RI selalu menekankan pentingnya penguatan ekonomi kerakyatan, salah satunya dengan memperkuat UMKM,” kata Bamsoet.
Sebagai salah satu bukti nyata keberpihakan tersebut, DPR RI bersama pemerintahan Presiden Joko Widodo telah menurunkan bunga Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari 22 persen menjadi 7 persen. Pajak terhadap UMKM juga dipangkas dari 1 persen menjadi 0,5 persen.
“Sejak diluncurkan 2015, lebih dari 13,8 juta pelaku UMKM menikmati KUR dengan total kredit mencapai Rp 333 triliun. Kedepan tentu akan semakin banyak inovasi yang dijalankan, baik dari segi permodalan, peningkatan produksi, sampai ke pemasaran,” urai Bamsoet.
Bamsoet juga mengajak masyarakat memanfaatkan media sosial untuk menceritakan pengalaman dan kemeriahan acara Gowes dan Pasar Rakyat 2019. Bisa melalui lisan, tulisan maupun mengupload foto-foto kegiatan.
“Kita viralkan sesuatu yang bermanfaat di media sosial, seperti foto-foto keindahan alam, pertunjukan seni dan budaya, serta cerita tentang masyarakat lokal yang bersahaja. Jangan jadikan media sosial sebagai sarang postingan hoax dan hate speech,” demikian Bambang Soesatyo. (akhir)