JAKARTA, Beritalima.com– Ketua DPR RI, Bambang Soesatyo para pengusaha yang tergabung dalam Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) tak berkutat hanya menjalankan usaha ekspor bahan mentah tetapi harus mengembangkan barang itu menjadi berbagai ragam komoditas yang memiliki nilai tambah.
Khususnya, ungkap politisi senior Partai Golkar ini ketika menghadiri pembukaan Musyawarah Nasional (Munas) XVI Hipmi di Jakarta, Senin (16/9) malam. Para pengusaha muda yang energik perlu melihat limpahan Sumber Daya Alam yang ada di darat, laut, maupun dalam kandungan bumi Indonesia bisa dikembangkan menjadi aneka ragam kegiatan industri.
“Dengan begitu, tidak hanya mengandalkan kegiatan usaha ekspor barang mentah saja. Dengan demikian, pengusaha muda bisa turut berkontribusi menekan defisit transaksi berjalan yang seringkali dialami Indonesia,” ujar pria yang akrab disapa Bamsoet tersebut.
Wakil rakyat dari Dapil VII Provinsi Jawa Tengah ini memaparkan, survei Sea Group bersama World Economic Forum (WEF) yang dirilis April lalu memperlihatkan 24,4 persen milenial Indonesia dibawah 36 tahun tertarik menjadi wirausaha, 17,1 persen Pegawai Negeri Sipil (PNS), kembangkan usaha keluarga (16,5 persen), bekerja di perusahaan multinasional (11,4 persen).
“Hipmi bersama pemerintah tak boleh diam merespon survei ini. Keinginan milenial menjadi wirausaha harus disambut pemerintah dan Hipmi dengan cepat sehingga Indonesia bisa melahirkan banyak wirausaha baru, khususnya yang membuat nilai tambah di berbagai industri pertambangan mineral, perkebunan dan perikanan sehingga ke depan yang kita ekspor tak hanya bahan mentah, melainkan juga barang jadi yang sudah diproduksi di dalam negeri.”
Dijelaskan, saat ini jumlah wirausaha Indonesia mencapai 3,1 persen dari populasi penduduk, atau sekitar 8,06 juta jiwa dari 260 juta penduduk. Namun, jumlah itu belum mampu mendongkrak perekonomian nasional menggeliat. Indonesia masih perlu mengejar Singapura dengan rasio wirausaha mencapai 7 persen ataupun Malaysia yang berada di 5 persen.
Melihat hasil Survei Penduduk Antar Sensus (Supas) 2015, yang memproyeksikan 2020 penduduk Indonesia mencapai 269,6 juta jiwa, dimana 185,34 juta jiwa merupakan kelompok usia produktif (15-64 tahun), membuat Indonesia dilimpahi bonus demografi.
“Hal tersebut harus dimanfaatkan sebesarnya untuk melahirkan wirausaha baru, sehingga penduduk usia produktif tak hanya menjadi beban negara, melainkan menjadi berkah bagi bangsa,” demikian Bambang Soesatyo. (akhir)