JAKARTA, Beritalima.com– Tahun ini bangsa Indonesia dihangatkan kontestasi politik Pemilu 2019. Namun, sebagai umat beragama, bangsa Indonesia jangan sampai tenggelam dalam hiruk pikuk pesta demokrasi itu sehingga melupakan nilai-nilai toleransi dan kedamaian seperti yang diajarkan dalam agama.
“Karena Pemilu, kita jangan sampai melupakan ajaran agama. Apalagi, sampai memplintir agama untuk menghujat dan memfitnah. Kita adalah anak bangsa yang lahir dari rahim Indonesia. Janganlah sampai rusak persaudaraan hanya karena pemilu,” kata Ketua DPR RI, Bambang Soesatyo.
Itu dilontarkan politisi senior Partai Golkar ini usai melantik kader serta saksi Tempat Pemungutan Suara (TPS) Tim Pemenangan Bambang Soesatyo di Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, Rabu (20/2).
Sepanjang Rabu, pria yang biasa disapa Bamsoet ini berkeliling melantik lebihn 4000 kader dan saksi TPS Tim Pemenangan Bamsoet di enam kecamatan antara lain Punggelan, Wanadadi, Rakit, Susukan, Mandiraja dan Purwareja Klampok.
Bamsoet menuturkan, bangsa Indonesia sedang menghadapi tantangan terbesar dalam mengembangkan demokrasi. Ada upaya membenturkan agama dengan negara, itu tidak dapat dibenarkan. Apalagi menganggap sistem demokrasi yang sepakat dianut bangsa Indonesia, tidak sesuai dengan ajaran agama.
Padahal hakikat demokrasi, kata Bamsoet sejalan dengan prinsip-prinsip ajaran agama seperti mengutamakan musyawarah dalam pengambilan keputusan, pentingnya kontrol terhadap penguasa, serta memelihara kemaslahatan umat. “Demokrasi adalah pilihan yang sepakat kita jalankan. Karena itu, wajib kita jaga dan kembangkan.”
Wakil rakyat Dapil Jawa Tengah ini mengingatkan, Indonesia dibangun atas darah perjuangan berbagai kalangan, termasuk para alim ulama seperti Pangeran Diponegoro, Cut Nyak Dien dan Tuanku Imam Bonjol.
Bahkan KH Hasyim Asy’ari sebagai pemimpin Nahdlatul Ulama, ormas Islam terbesar di Indonesia menegaskan, cinta tanah air bagian dari Iman. Agama dengan negara saling melengkapi satu sama lain.
“Melalui agama, nasionalisme warga negara tidak menjadi kering. Karena negara merupakan tempat agama tumbuh subur menyebarkan perdamaian dan kasih sayang,” terang Bamsoet.
Dipaparkan, 20 tahun terakhir Indonesia dan 50 negara lainnya terus berjuang mengkonsolidasikan pemerintahan yang demokratis. Selain menghadapi tantangan internal dari elite politik dan sosial masyarakat, demokrasi juga menghadapi tekanan eksternal seperti resesi global, perubahan geopolitik, maupun ketimpangan perekonomian dunia.
Sejauh mana demokrasi mampu menghasilkan dunia yang lebih baik, tidak berjarak, tanpa kemiskinan dan penindasan, ini yang masih menjadi perdebatan semua pihak. Kita percaya, sistem demokrasi yang dianut bangsa Indonesia bertujuan untuk kesejahteraan dan kemakmuran rakyat,” demikian Bambang Soesatyo. (akhir)