JAKARTA, Beritalima,com– Ketua DPR RI Bambang Soesatyo mengharapkan diplomasi di bidang kebudayaan kian mempererat hubungan Indonesia dengan Selandia Baru. Terlebih, Indonesia maupun Selandia Baru memiliki kesamaan secara etnis.
Indonesia dan Selandia Baru memiliki kesamaan rumpun bangsa Pasifik, yaitu Melanesia dan Polinesia. Karena dua daerah di Papua, dua daerah di Maluku dan satu daerah di Nusa Tenggara Timur berada di wilayah Pasifik.
“Jadi, secara geografis selain rumpun Asia, Indonesia juga masuk dalam rumpun Pasifik,” kata laki-laki yang akrab disapa Bamsoet ini ketika membuka konser persahabatan Indonesia–Selandia Baru bertajuk ‘The Symphony of Friendship’ di The Opera House, Wellington, Selandia Baru, Jumat (9/11).
Bamsoet sangat terkesan dengan diplomasi melalui musik dan kebudayaan yang dia sebut sebagai diplomasi cinta dan kasih sayang. Pada kesempatan tersebut politisi senior Partai Golkar ini melantunkan pantun.
Berikut pantun yang dilantukan wakil rakyat dari Dapil VII Provinsi Jawa Tengah tersebut:
“Dari Jakarta ke Selandia Baru,
Transit di Sydney membeli sepatu.
Ayo perkuat hubungan dengan Selandia Baru,
Agar rumpun pasifik semakin menyatu.”
Konser ‘The Symphony of Friendship’ yang digelar 90 menit ini menampilkan lima penyanyi yaitu Gita Gutawa, Edo Kondologit dan Andmesh Kamaleng dari Indonesia serta Maisey Rika dan Tama Waipara dari suku Maori Selandia Baru. Konser diiringi Wellington Orchestra dengan arranger serta konduktor Erwin Gutawa.
Selain Bamsoet hadir dalam konser ini antara lain, Duta Besar Indonesia untuk Selandia Baru Tantowi Yahya, Ketua Parlemen Selandia Baru Trevor Mallard, anggota Parlemen Selandia Baru Maria Lubeck, Mukhamad Misbakun, Ahmadi Noor Supit, Akbar Faisal, Masinton Pasaribu serta Staf Khusus Ketua DPR RI Yahya Zaini dan Yorrys Raweyai.
Konser disaksikan lebih 1.000 penonton dari Indonesia, Selandia Baru, Tonga dan Samoa. Mereka menikmati konser dua negara tersebut dengan bernyanyi dan menari bersama tanpa sekat perbedaan negara.
Setidaknya, 15 lagu dibawakan dalam konser ini. Sebut saja, lagu asal Selandia Baru berjudul ‘Haere Mai’, ‘Pokarekare Ana’, ‘Tangaroa Whakamautai’, ‘Hine E June’, ‘Haumanu’ serta ‘Aotearoa’. Sementara lagu dari Indonesia antara lain, ‘Pangkur Sagu’, ‘Bolebo’, ‘Gemufamere’, ‘Siomama’, serta ‘Rame-Rame’.
Satu lagu dari Indonesia yang sangat populer di Pacifik berjudul ‘Mimpi Sedih’, dibawakan dengan epic secara duet oleh Andmesh Kamaleng dan Tama Waipara.
Lagu ini banyak diterjemahkan dalam berbagai bahasa di wilayah Pasifik. Di Selandia Baru, saduran lagu ‘Mimpi Sedih’ diberi judul ‘E Ipo’ yang dipopulerkan penyanyi legenda Selandia Baru, Prince Tui Teka. Standing upplause membahana usai lagu ‘Mimpi Indah’ dan ‘I Po’ dibawakan secara bersamaan.
Bamsoet menjelaskan, konser ‘The Symphony of Friendship’ merupakan bagian dari rangkaian perayaan 60 tahun hubungan diplomatik Indonesia-Selandia Baru. Konser istimewa ini digelar untuk menunjukan kepada dunia bahwa Indonesia adalah bagian dari rumpun Pasifik yang memiliki kesamaan budaya.
Kedubes Indonesia telah melakukan berbagai kegiatan untuk merayakan 60 tahun hubungan Indonesia dengan Selandia Baru mulai dari seminar, pameran foto, panggung seni dan berbagai kegiatan lainnya yang dibuka saat kunjungan Presiden Jokowi ke Selandia baru bulan Maret lalu.
“Konser ‘The Symphony of Friendship’ merupakan puncak dari kegiatan tersebut. Konser ini sangat dasyat luar biasa. Semua yang hadir sangat terpesona. Kalau saja, saya hari ini memiliki kewenangn untuk mendorong Tantowi menjadi Menteri Luar Negeri, pasti sudah saya lakukan.”
Wakil Ketua Umum Pemuda Pancasila ini menegaskan, diplomasi musik dan budaya merupakan sejarah baru dan penting bagi Indonesia dan Selandia Baru karena melalui diplomasi musik dan budaya, kedua negara bisa memahami karakter dan kebiasaan negara masing-masing.
Dalam hubungan antar bangsa dewasa ini, diplomasi budaya telah menjadi salah satu upaya untuk memperkecil perbedaan dan menembus hambatan psikologis yang seringkali muncul dalam hubungan antar negara. “Melalui kegiatan ‘The Symphony of Friendship’ ini saya harapkan Indonesia dapat kembali hadir bersama saudara-saudara kita di Pasifik,” tegas Bamsoet.
Indonesia dan Selandia Baru secara etnis memiliki kesamaan, yaitu kesamaan rumpun sebagai bangsa Pasifik, yaitu Melanesia dan Polinesia. Indonesia adalah rumah bagi 80 persen etnis Melanesia dan Polinesia yang bertempat tinggal di Papua, Maluku dan Nusa Tenggara Timur.
Indonesia selama ini lebih dikenal rumpun Asia daripada sebagai rumpun Pasifik. Karena itu dia menilai konser ‘The Symphony of Friendship’ dapat menjadi salah satu sarana meningkatkan kerjasama Indonesia- Selandia Baru dalam konteks Pacific Engagement, terutama dalam people to people connectivity. Selain, untuk memuluskan diplomasi Indonesia di wilayah Pasifik.
“Saya harap orkestra ini bisa menjadi jembatan antara Indonesia dan Selandia Baru dalam saling memahami dan semakin mempererat hubungan kedua negara. Kolaborasi musik ini bukan hanya sebagai ekspresi melodi dari perasaan dan komunikasi artistik di dalam pikiran. Namun juga sebagai jembatan untuk saling memahami peradaban dan juga menjadi simfoni dalam persahabatan warga kedua negara,” demikian Bambang Soesatyo. (akhir)