JAKARTA, Beritalima.com– Saat ini bangsa-bangsa di dunia termasuk Indonesia menghadapi sejumlah masalah yang harus dicarikan jalan keluar secara bersama.
Persoalan itu, kata Ketua DPR RI, Bambang Soesatyo saat menutup Forum Konsultatif MIKTA IV di Istana Tampak Siring Bali semalam, mulai dari penurunan ekonomi, ketidakamanan, krisis migrasi dan pengungsi yang tak diperkirakan sebelumnya serta situasi lingkungan yang sulit.
“Tantangan global ini membuat negara yang tergabung dalam MIKTA yakni Meksiko, Indonesia, Korea, Turki dan Australia perlu mengambil upaya kolektif lebih kuat untuk mewujudkan kemitraan yang lebih inklusif antar para pemangku kepentingan.
“Kemitraan yang setara antara laki-laki dan perempuan, antar pebisnis, komunitas, parlemen dan pemerintah negara anggota MIKTA,” kata politisi senior Partai Golkar tersebut.
Pertemuan konsultatif Ketua Parlemen negara-negara anggota MIKTA kali ini berlangsung pada masa-masa peran parlemen semakin dibutuhkan dari sebelumnya. “Parlemen dibutuhkan untuk membentuk dinamika politik nasional baru yang mengarah pada perdamaian dan kesejahteraan global.”
Sebagai platform kemitraan inovatif baru, kata Bamsoet, MIKTA berdiri untuk memajukan aksi-aksi kolaboratif di tengah cepatnya dinamika global berubah. “Anggota MIKTA adalah negara demokratis serupa yang memiliki kebersamaan sikap dan peran dalam memperkuat tata kelola global.”
Wakil Ketua Umum KADIN ini menjelaskan, penyelenggaraan forum kali ini mengangkat tema ‘Creating Peace and Properity: The Role of Parliament’. Tema itu dipilih karena isu-isu perdamaian, keamanan dan kesejahteraan masih menjadi prioritas utama dalam masyarakat internasional.
“Forum terbagi menjadi empat sesi membahas isu-isu yang relevan dengan tema utama sidang MIKTA. Sesi pertama membahas tema industri kreatif, sesi kedua membahas penjagaan perdamaian dan keamanan, sesi ketiga tentang peran perempuan dalam perdamaian dan keamanan, dan sesi terakhir membahas kerjasama maritim untuk kesejahteraan dan pertumbuhan berkelanjutan,” urai Bamsoet.
Pada diskusi sesi pertama yang dipimpin Korea Selatan, MIKTA sepakat industri kreatif memiliki potensi nilai tambah untuk ekonomi, sosial, budaya dan lingkungan. Inklusivitas adalah kunci untuk memajukan pertumbuhan, terutama pada masa ketika peluang kerja baru tercipta lewat pola pikir digital.
“Kita menyambut beragam inisiatif MIKTA untuk ekonomi yang lebih inklusif, seperti MIKTA Experts Meeting on Inclusive Digital Economy Accelerator Hub and MIKTA Start Up Fest. Kita juga menanti perhelatan berikutnya yakni World Conference on Creative Economy pada November 2018 di Indonesia,” sebut Bamsoet.
Sesi berikutnya, lanjut Bamsoet, Turki memimpin dan membahas penjagaan perdamaian dan keamanan. Sesi ini merangkum perhatian parlemen negara anggota MIKTA terhadap kapasitas PBB dan Dewan Keamanan dalam mengatasi masalah perdamaian dan keamanan yang muncul di berbagai belahan dunia.
“Sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB 2019-2020, Indonesia berkomitmen untuk mewujudkan komitmen dukungan MIKTA memperkuat arsitektur PBB untuk perdamaian dan keamanan internasional. Terkait hal itu, proses reformasi dalam tubuh PBB, khususnya Dewan Keamanan, perlu terus dilakukan.”
Australia memimpin sesi yang membahas mengenai peran perempuan dalam perdamaian dan keamanan. MIKTA sepakat dalam perdamaian dan pencegahan konflik tidak boleh ada bias jender.
MIKTA juga menggarisbawahi pentingnya mewujudkan kerangka legislatif untuk tidak hanya melindungi dan mencegah perempuan menjadi korban konflik, tetapi juga melibatkan perempuan sebagai agen perdamaian dan keamanan berkelanjutan.
“Kita sepakat meningkatkan partisipasi perempuan dalam pembangunan perdamaian dan penyelesaian konflik, termasuk keterlibatan perempuan di penjaga perdamaian, proses pembangunan perdamaian, peningkatkan kepemimpinan perempuan, serta proses pengambilan keputusan,” kata dia.
DPR RI sebagai tuan rumah memimpin sesi keempat terkait kerjasama maritim untuk kesejahteraan dan pertumbuhan berkelanjutan. Parlemen MIKTA berkeyakinan bahwa laut menyediakan sumber daya luar biasa bagi kesejahteraan global.
“Kita prihatin memburuknya sumber daya laut akibat penangkapan ikan yang berlebih dan pengasaman laut. Kita telah menggarisbawahi pentingnya kerjasama kemaritiman antar negara anggota MIKTA. Kerjasama yang selain bermanfaat secara ekonomi, juga berkelanjutan untuk masa depan laut, planet dan generasi yang akan datang,” kata Bamsoet.
Menutup pertemuan, Kepala Badan Bela Negara FKPPI ini memberikan apresiasi yang tinggi dan berterima kasih kepada seluruh delegasi atas partisipasi aktif dan kontribusinya dalam forum konsultatif MIKTA 2018 di Bali. Pertemuan serupa diharapkan terus dilakukan untuk bersama membahas persoalan yang tengah dihadapi dunia.
“Kami berharap kerjasama ke depan akan terus terbangun, termasuk ketika Meksiko melanjutkan kepemimpinan MIKTA pada tahun 2019. Semoga pertemuan kali ini dapat menginspirasi parlemen untuk aksi-aksi keparlemenan dan legislatif di masa mendatang,” demikian Bambang Soesatyo. (akhir)