JAKARTA, Beritalima.com– Ketua MPR RI, Bambang Soesatio saat diskusi Empat Pilar dengan tema ‘Membangun Intergitas Komunikasi Dalam Internalisasi Nilai Panca Sila’ di Press Room Gedung Nusantara III Komplek Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (17/3) meminta pengusaha yang punya rezeki lebih berbagi dan gotong royong mengatasi virus Corona.
Selain politisi senior Partai Golkar tersebut juga tampil sebagai pembicara Staff Khusus Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Romo Benny Susetyo, mantan Komisioner Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Saut Sitomorang dan pakar komunikasi politik Universitas Indonesia (UI), Prof Dr Effendi Gazali.
Menurut pria yang akrab disapa Bamsoet itu, bisa saja pengusaha itu berbagi masker, hand sanitezer dan sebagainya untuk masyarakat, khususnya mereka yang terdampak virus Corona. Ini merupakan peluang dan saatnya mandiri dengan kekuatan kekayaan alam sendiri. Baik buah-buahan, obat-obatan dan tanaman berkhasiat sehingga tidak tergantung impor.
“Kalau semua kompak, gotong-royong, bersolidaritas menghadapi musibah tersebut, bangsa ini akan mampu mengatasi dengan baik sekaligus membuktikan kita ber-Panca Sila,” ungkap wakil rakyat Dapil VII Provinsi Jawa Tengah tersebut.
Terkait dengan himbauan pemerintah agar bekerja dari rumah, tapi kalau terpaksa untuk kepentingan mencari nafkah dimana musibah ini tak boleh menjadikan ekonomi macet, Bmasoet mendukungnya. Hanya saja, semua harus waspada dan menjaga kesehatan dengan baik.
Soalnya, kata Wakil Ketua Umum Partai Golkar tersebut, warung, super market, pasar, kantor layanan masyarakat dan sebagainya harus buka untuk memenuhi kepentingan masyarakat. “Terlebih para pengusaha yang selama ini mengambil keuntungan dari tanah air terketuklah hatinya untuk misalnya membantu masker, hand sanitezer, vitamin C ke masyarakat, Puskesmas, Rumah Sakit dan masyarakat yang terdampak,” tutur Bamsoet.
Sedangkan Effendi Ghazali mengatakan, jika Panca Sila bisa menjadi sosial dan self lockdown, kontrol sosial dan diri untuk menyadari kepentingan bersama dalam menghadapi corona. Kondisi ini menjadi ujian bagi semua pimpinan bangsa ini untuk bersama-sama menghadapi musibah kemanusiaan ini.
“WHO sendiri mengakui tak bisa mengantisipasi semua corona. Karena itu, tak perlu menyembunyikan fakta, namun juga tak boleh memberi police line, apalagi menjauhkan penderita corona dari masyarakat karena akan memberikan stigma negatif. Justru harus cepat diobati dan diselamatkan.”
Diakui, pemerintah terlambat mengantisipasi Corona ini, karenanya harus dipercepat dengan segala bentuk pencegahan dan pengobatannya. “Yang terpenting bagi media harus sama-sama menghindari berita-berita yang mengandung konflik, saling menyalahkan, provokatif, dan tidak memberi optimisme mengahadapi Corona ini. Tapi, kalau ada fakta harus mengedepankan fakta,” tutur Effendy.
Romo Benny mengatakan Corona ini sebagai momemtum bersama untuk saling gotong-royong, berbagi, perlu teladan para elit bangsa ini dan pola hidup sehat dengan mengonsumsi buah-buahan dan rempah-rempah dari tanah air sendiri.
“Jangan memberikan kekhawatiran berlebihan misalnya dengan Corona ini ekonomi akan guncang, akan terjadi resesi dunia dan sebagainya. Bahwa kita bisa mengatasi penyakit ini sama halnya dengan SARS. Kita banyak dokter yang hebat. Jadi, tak perlu khawatir berlebihan,” demikian Romo Benny. (akhir)