JAKARTA, Beritalima.com– Untuk mewujudkan Komunitas Association of South East Asia Nations (ASEAN) yang tangguh diperlukan kepedulian serta keterlibatan aktif seluruh negara-negara anggota ASEAN.
Apalagi telah menjadi komitmen bersama untuk menjadikan ASEAN sebagai kawasan yang berorientasi ke luar dengan tetap mempertahankan sentralitas ASEAN.
Hal tersebut dikatakan Ketua DPR RI, Bambang Soesatyo (Bamsoet) ketika berbicara dalam Sidang Umum Asian Inter-Parliamentary Assembly (AIPA), di Singapura, Selasa (4/9).
“Masa depan ASEAN tergantung bagaimana negara-negara ASEAN meraih peluang dan menghadapi berbagai tantangan global saat ini. Untuk itu, perlu keterlibatan aktif dan kekompakan negara anggota ASEAN untuk menguatkan kerjasama kawasan,” tegas Bamsoet.
Hadir dalam pertemuan itu Presiden AIPA Tan Chuan Jin, Sekjen AIPA Tan Isra Sunthornvut dan delegasi AIPA dari Indonesia, Myamar, Vietnam, Laos, Kamboja, Malaysia, Singapura, Thailand, Brunei Darussalam dan Philipina.
Pada kesempatan itu, Bamsoet didampingi Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon, Ketua BKSAP DPR RI Nurhayati Ali Assegaf, Juliari Batubara, Endang Srikarti Handayani, Jon Erizal, Abdul Kadir Karding, Jazuli Juwaini, Kartika Yudhisti, Amelia Anggraini, Sudiro Asno dan Mukhamad Misbakhun.
Menurut Bamsoet, jika para anggota AIPA serius membangun ASEAN yang terfokus pada kesejahteraan masyarakatnya, maka pemenuhan hak-hak masyarakat menjadi suatu keharusan. Permasalahan kemanusiaan yang masih terjadi di kawasan, seperti di Myanmar harus segera diselesaikan dengan baik.
“Krisis kemanusiaan di Myanmar telah mengakibatkan ratusan ribu orang mengungsi dan terus menjadi perhatian dunia. Karena itu, Indonesia mendukung penuh segala upaya untuk mewujudkan perdamaian, stabilitas, penegakan hukum serta rekonsiliasi secara menyeluruh di kawasan ASEAN,” tandas Bamsoet.
Karena itu, Bamsoet meminta AIPA berbenah diri dan memperbaharui sistem pengambilan keputusan. AIPA harus mampu menawarkan kebaruan dan tak anti reformasi sehingga resolusi yang dihasilkan benar-benar merefleksikan kebutuhan di kawasan.
“AIPA harus punya alternatif pengambilan keputusan yang berpihak kepada mayoritas negara anggota AIPA. Untuk membantu perwujudan Komunitas ASEAN yang inovatif, AIPA juga harus berinovasi dalam sistem pengambilan keputusan sehingga tidak lagi ditemui pengalaman suatu Komisi di AIPA tak dapat bersidang karena Komisi Eksekutif tidak mencapai kata sepakat mengenai agenda di Komisi itu.”
Terlepas dari perbedaan sistem politik atau ukuran konstituen, anggota parlemen yang tergabung dalam AIPA harus melihat dirinya sebagai agen perubahan.
Inklusivitas Komunitas ASEAN bergantung pada upaya para anggota parlemen untuk menjangkau konstituen dan menyebarkan kesadaran akan posisi mereka sebagai warga ASEAN.
“Tidak akan ada komunitas tanpa rakyat. Karena itu, kepentingan rakyat harus menjadi inti dari Visi ASEAN 2025. AIPA sebagai legitimasi perwakilan rakyat ASEAN, tentu harus mengambil posisi strategis untuk mewujudkan Visi ASEAN 2025 melalui kerangka mandat konstitusi pembentukan legislasi, persetujuan penganggaran dan pelaksanaan pengawasan.”
Dikatakan, berbagai perkembangan positif telah diraih sejak implementasi road map (peta jalan) Masyarakat ASEAN. Road map itu terdiri dari cetak biru masyarakat politik-keamanan ASEAN, cetak biru masyarakat ekonomi ASEAN dan masyarakat sosial-budaya ASEAN 2009.
Perkembangan positif dari road map itu berhasil membawa kawasan menuju pembentukan Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. “Namun, jangan bangga dan berpuas diri. Masih banyak harus dilakukan untuk memaksimalkan potensi ASEAN agar dapat mewujudkan masyarakat ASEAN yang tangguh dengan kapasitas tinggi untuk merespons tantangan global secara efektif.”
Bamsoet memuji ASEAN yang berdiri lebih dari 50 tahun mampu menjadikan kawasan Asia Tenggara sebagai kawasan yang berdaya saing tinggi. ASEAN juga mampu mempertahankan pertumbuhan ekonomi negara anggotanya di tengah dinamika geopolitik global.
“Capaian itu tidak mudah. Terlebih, negara-negara di kawasan Asia Tenggara sangat beragam latar belakangnya, baik dari sisi ekonomi, politik, budaya, agama maupun tingkat demokrasi. Tentu, tanpa persatuan dan rasa memiliki di antara warga ASEAN sukar untuk meraih capaian tersebut. Sikap seperti inilah yang harus terus dijaga dan dikembangkan oleh semua warga ASEAN,” demikian Bambang Soesatyo. (akhir)