JAKARTA, Beritalima.com– Ketua MPR RI dihadapan peserta press gathering awak media peliput Parlemen di kawasan Pantai Anyer Provinsi Banten akhir pekan ini meminta pers menjadi corong untuk menyebarkan semangat kebangsaan.
Politisi senior Partai Golkar tersebut meyakini, di tengah derasnya gempuran digitalisasi dengan hadirnya pendengung (buzzer) hingga influencer yang terkadang menjadi referensi masyarakat mendapatkan informasi, pers masih memiliki peran yang signifikan.
Khususnya, ungkap wakil rakyat dari Dapil VII Provinsi Jawa Tengah itu, sebagai kekuatan publik yang merepresentasikan fungsi kontrol serta kritik rakyat terhadap jalan roda pemerintahan. “Dahsyatnya gempuran digitalisasi justru harus dijadikan tantangan pers untuk memberikan pelayanan informasi yang mendalam, akurat, obyektif dan berimbang.”
Sebagai pilar keempat demokrasi setelah eksekutif, legislatif dan yudikatif, kata Wakil Ketua Umum Partai Golkar itu, pers juga memiliki tanggungjawab membangun masyarakat sehat yang melek informasi. Pers sekaligus menjadi filter atas maraknya informasi menyesatkan yang begitu mudah tersebar melalui media sosial hingga menjadi viral.
Dalam acara pembukaan Press Gathering Wartawan Koordinatoriat MPR RI, di Anyer, Banten, Jumat-Minggu (4-6/9) juga hadir para Wakil Ketua MPR RI antara lain Ahmad Muzani (Gerindra), Lestari Moerdijat (Nasdem) dan Syarief Hasan (Demokrat), pimpinan Fraksi MPR RI antara lain Idris Laena (Golkar), Taufik Basari (Nasdem), Anton Sukartono (Demokrat), Arwani Thomafi (PPP) dan Intsiawati Ayus (Kelompok DPD RI), sedangkan Hidayat Nur Wahid ikut secara virtual.
Pada kesempatan tersebut, laki-laki yang akrab disapa Bamsoet itu memaparkan, hingga 5 Mei 2020 Kementerian Kominfo menemukan sekitar 1.401 konten hoaks dan disinformasi terkait wabah pandemi virus Corona (Covid-19).
“Ini sungguh memprihatinkan, ketika kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat terhimpit dampak pandemi Covid-19, masih ada saja pihak-pihak tak bertangggungjawab yang mencederai psikologis masyarakat dengan menyebarluaskan informasi menyesatkan.
Pers harus bisa menyajikan informasi utuh berbasis fakta sehingga jika ada masyarakat ragu terhadap informasi yang dia dapat di media sosial, bisa menkonfirmasinya melalui pers. “Karenanya, pers tak boleh ikut-ikutan menggunakan cara-cara bombastis umpan click (clickbait) hanya demi mengejar jumlah target pembaca,” papar Bamsoet.
Dia juga menekankan, pers harus tetap mengedepankan etika jurnalistik dalam menyajikan informasi. Soalnya, itulah salah satu letak kekuatan pers, dibanding buzzer yang hanya bisa menghadirkan informasi bombastis tanpa makna, cenderung malah menyesatkan serta membuat pembelahan sosial di masyarakat.
“Merawat kepribadian serta jati diri bangsa agar tak tergerus akibat pembelahan sosial karena hoax maupun hate speech, adalah tugas kolektif kita bersama, termasuk pers. Dengan jangkauan yang luas dan tingkat aksesibilitas yang tinggi, media massa mempunyai peran strategis dalam menyebarluaskan wawasan kebangsaan.”
Ditambahkan, belakangan ini pers telah menjadi salah satu mitra penting MPR RI dalam melaksanakan berbagai tugas konstitusional, terutama dalam mewujudkan visi MPR RI sebagai Rumah Kebangsaan yang memosisikan MPR RI sebagai wadah sekaligus representasi dari beragam aspirasi, pemikiran serta arus perubahan.
“Kemajemukan adalah fitrah kebangsaan yang harus senantiasa dihormati dan dilindungi. Sebagai rumah kebangsaan, MPR RI menegaskan setiap warga negara merupakan bagian tak terpisahkan dari satu ikatan kebangsaan. Termasuk pers yang menjadi corong penyebar semangat kebangsaan, penyebar semangat gotong royong dan kebersamaan,” demikian Bambang Soesatyo. (akhir)