SURABAYA, beritalima.com | Penggemar sepakbola di Surabaya era 70-80 an pasti mengenal beberapa nama pemain sepakbola seperti Subodro, Abdul Kadir, Rusdi Bahalwan dan Yacob Sihasale. Selain Persebaya, kala itu mereka selalu menjadi langganan tim nasional.
Keempat pemain tersebut berasal dari klub Assyabaab Surabaya, salah satu klub internal Persebaya yang selama ini dikenal sebagai pencetak pemain sepakbola handal. Sebut saja nama Subangkit, Yongky Kastanya, Idrus Hasan, Ahmad Thayib, Usman Hadi, Abdul Khamid, serta penjaga gawang Sasono Handito dan Purwono. Mereka adalah hasil binaan Assyabaab.
Saat membicarakan Assyabaab, nama ini tak bisa dilepaskan dari klub bernama An Nasher.
An Nasher yang berarti kemenangan lahir di kawasan Kampung Arab, Ampel, Surabaya pada era Kolonial di tahun 1930-an. Kelahiran klub ini berawal dari inisiatif beberapa tokoh setempat, yakni Yislam Martak, Mohammad Bahalmar, Salim Barmen, dan Muhammad bin Said Martak.
1935, An Nasher telah banyak menyumbangkan pemainnya untuk Persebaya yang kala itu masih bernama SVB. Sebut saja Umar Bawedon, Abubakar Basofi, dan Ali Basofi.
Pada 16 Juni 1948, An Nasher berubah nama menjadi Assyabaab. Dipilihnya nama Assyabaab, berasal dari penyebutan dari anak-anak muda Arab yang dipanggil dengan sebutan “Syabaab” yang artinya pemuda. Kata Assyabaab yang terdiri dari 9 bilangan angka merupakan bilangan tertinggi yang melambangkan superioritas.
Tercatat sebagai pendiri adalah Ali Bahalwan, Zein bin Agil, Mochtar dan Ali Salim. Assyabaab tercatat sebagai klub internal Persebaya. Selama berlaga mengikuti kompetisi Divisi Utama Persebaya, klub yang kemudian dibina oleh H Moch Barmen (Bang Moh) ini menorehkan prestasi spektakuler, yaitu juara 5 kali berturut-turut.
Pada 13 Maret 1989, Assyabaab membuat klub profesional bernama Assyabaab Galatama. Meski mempunyai klub pro, Assyabaab amatir tetap berjalan dan mengikuti kompetisi internal Persebaya.
Kiprah sebagai klub pro dimulai dengan mengikuti Piala Jawa Pos I pada 1989. Setelah itu, Piala Petrokimia I (1989, dan Piala IPHI I (1989). Assyabaab mengikuti Divisi I Galatama tahun 1990 dan mengukir prestasi dengan menjadi juara.
Salim Group membeli Assyabaab Galatama pada 8 Juli 1991. Klub ini kemudian berganti nama menjadi Assyabaab Salim Group Surabaya (ASGS). Selain menggunakan pemain hasil binaan sendiri seperti Abdul Khamid, Yani Faturachman, Salim Barmen, dan Kamal Alaydrus, SSGS juga merekrut beberapa pemain bintang, seperti Heri Kiswanto, Toyo Haryono, Rehmalem Peranginangin, Khairil Anwar, Hendri Susilo, Peri Sandria dan penjaga gawang Edi Harto.
Namun pada tahun 1997, Salim Group hampir bangkrut karena adanya gejolak ekonomi yang terjadi di Indonesia. Dengan kondisi ini, ASGS pun bubar.
Meski ASGS bubar, klub Assyabaab amatir masih ada. Sampai saat ini, Bang Moh masih tercatat sebagai pembinanya. Assyabaab pada kompetisi internal Persebaya 2009-2010 menjadi runner up dan terlibat konflik dengan klub sang juara, Suryanaga.
Konflik inilah yang kemudian disebut-sebut sebagai awal dari perpecahan klub-klub internal Persebaya. Hingga akhirnya Assyabaab dan sembilan klub lainnya tidak lagi mengikuti kompetisi internal Persebaya, sampai sekarang.
Untuk mengenang kembali kejayaan Assyabaab, pengurus menggelar Reuni Akbar di Lapangan Bumimoro Krembangan, Minggu (8/3/2020) sore. Acara ini dihadiri Bang Moh dan beberapa mantan pemain Assyabaab yang tersebar di berbagai daerah, seperti Subangkit, Purwono, Abdul Khamid, Yongky Kastanya, dan M.Nizar. Termasuk Jacksen F Tiago, pelatih Persipura, yang pernah menjadi pelatih Assyabaab Amatir dan Persebaya.
“Saya sengaja terbang dari Samarinda hanya untuk menghadiri acara ini. Saya bersyukur, ternyata Tuhan masih memberi kesempatan, sehingga saya bisa bertemu Pak Barmen dan keluarga besar Assyabaab,” kata Jacksen yang hadir bersama anak dan istrinya.
Sementara Bang Moh terlihat tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya. Meski usia sudah 84 tahun, ia masih tampak sehat dan ingat satu persatu orang yang menyalaminya.
“Saya sangat gembira dengan adanya acara Reuni Akbar Assyabaab ini. Ternyata anak-anak yang pernah saya bina masih ingat pada saya, meskipun sudah banyak yang berhasil,” kata Bang Moh yang ditemui di sela acara Reuni Akbar Assyabaab 2020.
Dia mengaku aktif datang ke lapangan menyaksikan pemain Assyabaab amatir berlatih. Juga mengikuti perkembangan Persebaya di kompetisi Liga 1. Bahkan, dia memprediksi tim kini yang ditangani Aji Santoso, Mustakim, Bejo Sugiantoro dan Uston Nawawi bakal moncer dan menoreh prestasi.
“Sing penting seger-segerane ojok sampek lali, kudu diperhatekno. Nek seger-segerane cocok, maine mesti tambah edan,” kata Bang Moh dengan dialek Suroboyoan yang kental.
Maksud Bang Moh, bonus harus diperhatikan oleh manajemen, jangan sampai lupa. Kalau bonusnya cocok, pasti mainnya semakin bagus. (pin)