BONDOWOSO, beritalima.com – Pandemik Covid 19 yang melanda negeri ini sejak awal Maret 2020 membuat segala sektor terpukul. Tak terkecuali dari sektor perekonomian yang langsung merosot tajam.
Paling terdampak dari pandemi Covid 19. Salah satunya dirasakan oleh pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Dimana daya beli masyarakat sangat menurun drastis hampir 80 persen. Sehingga berbagai upaya dilakukan oleh para pelaku usaha kecil untuk bisa bertahan dengan usahanya walaupun harus tertatih-tatih.
Salah satu pengusaha batik di Bondowoso (Batik Soff) , Sofie Andrini yang beralamat di desa Grujugan Kidul kecamatan Bondowoso ini, mengaku bahwa bisnisnya sebagai pengrajin batik tulis sempat mau kolep di awal-awal Covid 19 melanda negeri ini. Bahkan sampai ada beberapa karyawannya harus dirumahkan sementara. Sampai usaha batiknya kembali membaik.
“Kami para pelaku usaha kecil betul-betul sangat terdampak sekali saat pandemi Covid 19 masuk ke indonesia di awal tahun. Terkadang tidak ada orderan sama sekali. Sehingga untuk membayar karyawan sangat kesulitan,” ungkapnya saat ditemui di lokasi usahanya.
Bangkit Dari Keterpurukan Tekuni Penjualan Melalui Medsos
Seiring berjalannya waktu, dirinya mengaku mencoba berbagai cara untuk memulihkan usaha. Walaupun sangat sulit dan harus memutar otak untuk berinovasi agar karyanya bisa laku di masyarakat, dan bisa menaikan penjualan batiknya.
“Perlahan, kami mencoba dengan penjualan menggunakan sistem online, terus tidak henti-hentinya untuk melakukan promosi di berbagai media sosial. Baik itu Facebook, Instagram, WhatsApp dan medsos lain. Perlahan penjualan batik mulai ada peningkatan, walaupun tak signifikan,” akunya.
Penjualan yang paling banyak diminati oleh masyarakat tentunya masker batik. Produk ini yang paling laris penjualannya. Masker menjadi kebutuhan pokok di tengah pandemi. Sebab harus tersedia kapanpun dan dimanapun karena harus mengikuti anjuran pemerintah mematuhi protokol kesehatan.
“Karena pemerintah mewajibkan pemakaian masker, akhirnya kami mencoba mengikuti tren masker di masa pandemi. Alhamdulillah ternyata banjir pesanan dari berbagai daerah yang sudah terbiasa order batik ke kami,” tuturnya.
Namun hal itu tidak langsung membuat usaha bangkit, karena orderan masker batik tidak terlalu banyak. Tapi bisa cukup untuk usahanya bertahan disaat pandemi, sehingga bisa cukup untuk memberikan gaji karyawan.
“Terkadang kendalanya yaitu ada beberapa daerah yang masih lockdown atau PSBB. Itu yang membuat sistem pengiriman jadi terlambat, sampai membutuhkan waktu seminggu. Bahkan lebih untuk sampai di lokasi dan baru dilakukan pembayaran oleh pemesannya,” jelasnya.
Berlakunya New Normal Penjualan Batik Mulai Meningkat
Seiring dengan berjalan waktu, pada awal Agustus 2020, pemerintah mulai memberlakukan pemulihan ekonomi dengan memasuki new normal. Pertokoan mulai dibuka, tempat wisata juga dibuka. Itulah peluang selanjutnya yang harus didapatkan agar usaha batik kembali bangkit.
“Pertengahan tahun pemerintah mulai melonggarkan aturan, merubahnya kebiasaan dengan new normal. Di sini ekonomi kita mulai bangkit, usaha kecil mulai mendapatkan perhatian dari pemerintah. Sehingga penjual batik mulai ada peningkatan hampir 50 persen dari sebelumnya,” katanya.
Menurutnya saat ini usahanya mulai bangkit lagi, para karyawan yang dirumahkan sudah mulai bekerja. Pesanan batik mulai berdatangan, terutama masker batik yang seragam dengan bajunya.
“Alhamdulillah penjualan mulai meningkat, pesanan mulai banyak. Kami berdoa semoga pandemi ini segera berakhirnya. Agar bisa beraktivitas kembali seperti biasanya,” Pungkasnya. (*/Rois)