JAKARTA, Beritalima.com– Deklarator sekaligus Ketua Umum Dewan Pimpinan Nasional (DPN) partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia, Muhammad Anis Matta mengatakan, pasca reformasi bangsa Indonesia seperti mengalami anti klimaks, sehingga tidak ada lagi narasi besar yang menjadi energi untuk mendorong capaian-capaian besar.
Dalam keterangan tertulis yang diterima Beritalima.com pertengahan pekan ini, Wakil Ketua DPR RI 2009-2014, Bangsa Indonesia saat ini terjebak dalam pusaran konflik yang tidak punya arah. Tujuan bernegara yang telah dipancangkan para pendiri bangsa (founding fathers) dan amanat UUD 1945 juga sudah jarang terdengar dibicarakan para elit, apalagi rakyat.
Hal tersebut, ungkap Anis, semakin diperparah adanya kecenderungan para pemimpin sekarang yang membawa paradigma konflik gaya lama ke tengah-tengah masyarakat. Akibatnya, menciptakan polarisasi rakyat dan membuat masyarakat terbelah. “Harusnya kita sudah bicara peran-peran global ditengah dunia yang sedang mencari alternatif jalan keluar dari krisis ini,” kata Anis.
Bangsa Indonesia menurut Anis, lebih banyak membicarakan perbedaan-perbedaan primordial, daripada membahas narasi-narasi besar yang bisa melampaui semua perbedaan. “Ini situasi berbahaya buat kita bangsa Indonesia untuk mampu menghadapi dan menjawab tantangan krisis global, yang hampir pasti akan sangat mempengaruhi kehidupan berbangsa kita.”
Dari realitas tersebut, jelas Anis, diperlukan narasi Arah Baru Indonesia yang menghidupkan kembali spirit dan cita-cita, serta amanat para pendiri bangsa, yakni satu-satunya obsesi besar menjadikan Indonesia lima besar kekuatan dunia. “Agar hadir sejajar dengan bangsa-bangsa lain untuk ikut serta menjaga ketertiban dunia adalah amanat founding fathers yang harus kita tunaikan,” tutur Anis.
Obsesi ini sepintas dianggap sebagai utopia (khayalan) belaka di tengah situasi krisis saat ini. Namun , bangsa Indonesia tidak boleh kehilangan mimpi akan masa depannya dan cita-cita menjadi kekuatan lima besar dunia. Hal ini harus dijadikan obsesi dikepala seluruh rakyat Indonesia.
“Menjadi kekuatan kelima dunia maknanya, adalah kita ingin Indonesia ini duduk satu meja dengan kekuatan global yang lainnya seperti Amerika Serikat, Rusia, Eropa dan China sebagai sebuah kekuatan global baru. Yang akan menciptakan keseimbangan dalam percaturan global,” demikian Muhammad Anis Matta. (akhir)