Oleh M. Mufti Mubarok (3M)
hingga kini Banjir kiriman dari Bogor dan kiriman langit belum beranjak pergi dari Ibu Kota bahkan kini banjir Jakarta tambah menunjukkan keperkasaannya.
bencana dan nestapa memang membuat petaka bagi warga Jakarta ditengah perayaan malam tahun baru dan berlanjut tahun baru.
Banjir kali ini terbesar dalam sejarah Jakarta . Selama 5 tahun. Cuaca ektrim akibat kemarau panjang telah membuat warga Jakarta ngeri ngeri sedap. Berharap hujan turun, eh turunnya tak tanggung -tanggung.
Mirip air bah dari laut, setara dengan banjir rob dan mirip dengan banjir bandang. Betapa tidak kiriman air bertrilyun kubik dengan kecepatan 100 km perjam tunplek blek menghantam jakarta bertubi tubi. Kali ciliwung yang sering jadi lagu kini marah dan tidak bersyahabat.
Aliran Katulampa Bogor dan arus Jabodetabek seakan menyayat pilu warga jakarta yang berharap bisa meniup terompet tahun baru dan letusan kembang api di sana sani.
Nafsu warga jakarta untuk berpesta pora mendadak diam seribu bahasa, di bungkam oleh paket kiriman yang maha dasyat dari Katulampa..
Tidak hanya Katulampa penyebabnya. Sejarah jakarta yang dulu Jayakarta memang kumpulan sungai sungai . Namun sungai sungai itu kini menjadi sungai sungai rumah rumah kumuh yang sangat tidak layak. Manusia urban dan kesenjangan jakarta begitu menganga. Hingga akhirnya Tuhan mengirim Katulampa. Mengirim banjir yang maha dasyat dalam abad ini.
Akan kah warga jakarta dan warga bangsa masih congkak dan sombang dengan generlap Jakarta yang menipu. Kesombongan para pemimpin dan pengusaha serta warga proletan jakarta tampaknya belum sadar.
Berkali kali Tuhan mengentil jakarta. Namun semua masih diam seribu bahasa.
Banjir Jakarta menjadi bencana besar sementara bagi belahan selain jakarta banjir menjadi berkah terutama mereka yang di desa desa pertanian, perkebunan dan perikanan.
sekali lagi banjir kali ini adalah peringatan bagi warga jakarta untuk segera taubat nasukha atas ulah jakarta, banyak rakyat menderita. Tontotan orang jakarta kadang memuakkan dengan topeng topeng manisnya . Para pemimpin yang tinggal di jakarta merasa mereka lah yang mengatur negeri ini. Padahal sejatinya mereka hanyalah karyawan kontrak Lima tahunan, dan selelah itu harus bertarung lagi unt mengelabuhi rakyat lima tahunan.
Lihat lah sosok pemimpin tinggi kita . Adalah sosok yang berbeda dengan jati diri bangsa yang asli. Tatanan yang luhur di porak porandakan oleh nafsu angkara murka.
Sesungguhnya telah tampak banjir jakarta adalah karena ulah tangan tangan manusia.
Ulah segelintir orang yang tidak bertanggungjawab.