SURABAYA, Beritalima.com-
Bank UMKM Jatim (BPR Jatim Perseroda) mendorong kelestarian lingkungan dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Direktur Pemasaran Bank UMKM Jatim, Agung, menyampaikan pentingnya kolaborasi antar stakeholder dalam menjaga keberlanjutan sumber daya alam, khususnya air bersih.
“Kami berharap melalui sinergitas antara berbagai pihak, kita dapat memastikan keberlanjutan sumber daya air yang aman dan berkualitas, serta kelestarian hutan untuk generasi mendatang,” ujar Agung melalui siaran pers yang dikirim 8 November 2024.
Selama ini, Bank UMKM telah menyediakan skema pendanaan untuk peningkatan akses air bersih dan sanitasi yang layak bagi masyarakat Jawa Timur.
Skema kredit ini dapat diakses untuk pembangunan atau pengembangan infrastuktur System Penyediaan Air Minum (SPAM) perdesaan maupun sarana air dan sanitasi skala Rumah Tangga.
Bentuknya mulai dari Sambungan Rumah baru dari SPAM Perdesaan atau PDAM serta pembangunan jamban sehat.
Untuk melakukan skema kredit tersebut, Bank UMKM Jatim telah menjalin kemitraan dengan beberapa PDAM di Jawa Timur, termasuk PDAM Girinawatirta Pasuruan, PDAM Mojopahet Mojokerto, PDAM Bangkalan, dan PDAM Pamekasan, serta BUMD PT Air Bersih Jatim .
Za’ari, Direktur Utama PDAM Pasuruan, menambahkan bahwa sinergi antara PDAM dan Bank UMKM dapat menciptakan solusi tiga pilar yang saling menguntungkan.
“PDAM dapat menyalurkan air bersih, bank mendapatkan nasabah, dan masyarakat mendapatkan akses air yang layak,” ujarnya.
Selanjutnya, Bank UMKM Jatim berencana melakukan skema pembiayaan yang dapat diterapkan untuk mendukung konservasi hutan. Komitmen Bank UMKM Jatim ini diwujudkan dengan memfasilitasi Diskusi Kelompok Terpumpu dengan tajuk “Best Practice Konservasi Hutan dan Sharing Pembiayaan Perumahan” yang digelar 6 November 2024.
Kegiatan ini dihadiri oleh berbagai pihak, termasuk perusahaan swasta, lembaga keuangan, serta pemerintah daerah, yang membahas sinergi dalam konservasi lingkungan dan pengembangan pembiayaan perumahan di Jawa Timur.
Admin & Relations Manager PT Cargill Adi Suprayitno, membagikan upayanya dalam konservasi hutan melalui rehabilitasi kawasan hutan di Arjuno bersama Yayasan Cempaka.
Mereka telah menanam 72.500 pohon yang tidak hanya sekadar memberikan manfaat lingkungan tetapi juga ekonomi, seperti pohon untuk produksi keripik atau kopi.
“Upaya ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan petani dan melindungi lingkungan,” jelas Adi Suprayitno.
Selain itu, Syaifudin Latif dari Yayasan Cempaka menyoroti ancaman kebakaran hutan, ilegal logging, dan perburuan liar yang semakin memperburuk kualitas lingkungan.
“Kebakaran hutan berimbas langsung pada kualitas air bersih yang kita konsumsi. Oleh karena itu, pencegahan kebakaran hutan dan rehabilitasi kawasan menjadi hal yang sangat penting,” katanya.
Upaya mitigasi kebakaran hutan juga dilakukan oleh PT. Tirta Investama Pandaan. CSR Coordinator Tirta Investama Mulyono Wibisono mengatakan salah satu solusi adalah mengajak pembuat arang di hutan untuk beralih menjadi petani kopi.
“Kami berupaya meningkatkan ekonomi masyarakat dengan menciptakan alternatif mata pencaharian yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan,” ungkap Mulyono.
Diskusi juga mengarah pada potensi skema pembiayaan yang dapat diterapkan untuk mendukung konservasi hutan. Direktur Pemasaran Bank UMKM Jatim, Agung, menambahkan bahwa pihaknya terbuka untuk mendiskusikan berbagai skema pembiayaan yang dapat membantu sektor kehutanan dan perumahan.
“Bank UMKM Jatim siap untuk memberikan pembiayaan yang dapat membantu pengelolaan hutan dan juga perumahan dengan melibatkan pihak asuransi untuk melindungi sumber daya alam kita,” ujarnya.
Dalam topik pembiayaan perumahan, Darsono, Direktur Utama BKK Wonosobo, menegaskan pentingnya pemahaman mengenai infrastruktur dasar, seperti air bersih, dalam pengembangan perumahan.
“Air adalah kebutuhan yang sangat mendasar dan tidak bisa tergantikan. Tanpa air bersih, perumahan tidak dapat berkembang,” paparnya.
Sementara itu, Dwi Angkasa Wasis dari USAID IUWASH TANGGUH memperingatkan bahwa krisis air di Jawa Timur semakin memburuk.
“Jika kita tidak segera bertindak, pada 2025 kita mungkin akan menghadapi masalah besar, di mana kehidupan di Jawa Timur bisa terancam karena krisis air,” tuturnya.
Hasbi A. Rahman, Wakil Ketua DPD Real Estate Indonesia (REI) Jawa Timur, juga menekankan pentingnya pemeriksaan kelayakan sumber air dalam pengembangan perumahan.
“Sebelum penawaran dimulai, kita perlu memastikan apakah lokasi perumahan memiliki akses air bersih yang memadai,” ujarnya.
Ke depan, Bank UMKM Jatim berencana untuk terus memperkuat kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk PDAM, REI, dan pengembang, dalam merancang solusi pembiayaan yang tepat guna untuk mendukung pembangunan berkelanjutan.
“Kami akan terus mendiskusikan skema pembiayaan yang pas dan membuka peluang baru dalam pengembangan konservasi hutan dan pembiayaan perumahan,” tutup Agung.
Dengan terselenggaranya FGD ini, diharapkan tercipta lebih banyak inisiatif dan kolaborasi antara sektor swasta, pemerintah, dan lembaga keuangan untuk menciptakan masa depan yang lebih baik bagi masyarakat Jawa Timur.(Yul)