Banyak Peneliti Menemukan Mikroplastik Dalam Tubuh dan Lingkungan Sekitar

  • Whatsapp

Jakarta | beritalima.com – Banyak peneliti menemukan mikroplastik di sekitar lingkungan bahkan ditemukan dalam tubuh manusia bila dikaitkan dengan kemasan makanan. Dalam webinar yang diselenggarakan Aliansi Jurnalis Independen (AJI), Kamis (16/6/2022) dengan mengambil tema Mengenal Mikroplastik dan dampaknya pada lingkungan dan keaehatan.

Inneke Hartoro salah satu Pakar Mikroplastik dari Institut Tekmologi Bandung (ITB) menelusuri sumbernya bahwa mikroplastik dibagi menjadi dua yaitu primer mikroplastik dan sekunder mikroplastik.

Dijelaskan Inneke, primer mikroplastik sudah ditemukan dalam ukuran kecil seperti kosmetik dan pasta gigi. Sedangkan sekunder mikroplastik ditemukan ukuran kecil yang dihasilkan dari degradasi alam baik karena paparan sinar matahari maupun dari gelombang arus laut.

“Mikroplastik ditemukan di berbagai tempat, mulai dari udara, air, tanah, pangan, sampai tumbuhan. Banyak sekali sumbernya, ada seafood, air garam, madu, buah, dan sayur. Bahkan juga banyak yang mengarah pada poultry (unggas), kemudian hasil ternak sapi dilihat dari jeroan dan pakan dan kotoran yang dihasilkan,” jelasnya.

Menurut Inneke, mikroplastik ada di mana-mana. Bahkan pernah ditemukan di Kutub Utara pada 2015 lalu. Mikroplastik ditemukan di salju dalam bentuk serat. “Ini menarik karena dia bisa berpindah lewat atmosfer,” katanya.

Mikroplastik ada pada tubuh manusia kata Inneke melalui tiga jalur, yakni di pencernaan lewat makanan yang dikonsumsi. Lalu pernafasan dan kulit melalui pakaian yang terbuat dari serat sintetik. Banyak penelitian yang sudah membuktikan kalau partikel ini ada di dalam tubuh manusia. Dimulai dari penelitian melalui feses hingga usus atau kolon.

“Ternyata di bagian kolon ditemukan ratusan partikel mikroplastik. Kemudian plasenta, jalan
masuk nutrisi dari ibu ke janin,” kata Inneke.

Untuk mengetahui dampak pada kesehatan ketika mikroplastik masuk ke dalam tubuh manusia kata Inneke harus melalui 4 tahapan evaluasi risiko; melakukan identifikasi bahaya, karakter bahaya, studi paparan mikroplastik pada tubuh, dan menilai paparan cahaya.

“Nah saat ini penelitian (dampak pada tubuh manusia) mikroplastik itu baru tahap pertama dan kedua,” ungkap Inneke.

Empat tahap tersebut disebut dengan toxicological studies of microplastics. Untuk mendapatkan data tersebut telah dilakukan percobaan ke hewan dan 10 sel kultur manusia. Percobaan pada hewan kata Inneke, menimbulkan dampak negatif pada liver, sistem saraf, dan reproduksi.

Sedangkan untuk manusia, mikroplastik berefek sitotoksik atau beracun pada sel yang bisa mengganggu sistem imun, menembus membran sel, dan menimbulkan stres oksidatif. Untuk menggali lebih dalam, diperlukan penelitian melalui data toksikologi. Namun, hal itu terkendala dengan standar penelitian mikroplastik yang belum baku. Hal yang paling penting adalah standardisasi tersebut,” kata Inneke.

Reporter : Dedy Mulyadi

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait