Oleh : Dr. H. Moh. Mukhrojin, SH, S.Pd.I, S.AP, M.Si
(Penyuluh Agam Islam Kota Surabaya)
beritalima.com | Setiap tahun, pada tanggal 2 Oktober, kita memperingati Hari Batik Nasional sebagai penghormatan terhadap warisan budaya yang kaya dan unik dari bangsa Indonesia. Namun, bagi umat Islam, batik bukan hanya sekadar warisan budaya, melainkan juga mengandung nilai-nilai yang sejalan dengan ajaran agama Islam. Melalui pemahaman yang mendalam tentang batik, kita bisa menemukan nilai-nilai Islami seperti keindahan, kesederhanaan, dan kesucian yang tercermin dalam motif-motif serta proses pembuatannya.
Batik sebagai Simbol Keindahan dan Kesederhanaan dalam Islam
Dalam Islam, keindahan merupakan salah satu sifat Allah SWT yang tercermin dalam ciptaan-Nya. Allah berfirman dalam Al-Qur’an:
“Sesungguhnya Allah itu indah dan mencintai keindahan.” (HR. Muslim)
Keindahan batik dengan berbagai motifnya yang rumit dan artistik adalah manifestasi dari nilai ini. Setiap motif batik seringkali mengandung makna filosofis yang dalam, seperti motif “Parang” yang melambangkan perjuangan tanpa henti atau motif “Kawung” yang menggambarkan kesucian dan kebijaksanaan. Hal ini menunjukkan bahwa seni batik sejalan dengan ajaran Islam yang mengajarkan untuk selalu menciptakan sesuatu yang indah dan bermakna.
Di samping itu, kesederhanaan dalam Islam juga tercermin dalam batik. Walaupun memiliki motif yang rumit, batik tetap menonjolkan kesederhanaan dalam bentuknya. Kesederhanaan ini sejalan dengan ajaran Islam yang mendorong umatnya untuk hidup sederhana dan tidak berlebihan. Allah SWT berfirman:
“Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.” (QS. Al-Furqan: 67)
Batik sebagai Wujud Syukur dan Ibadah kepada Allah
Proses pembuatan batik yang rumit dan membutuhkan kesabaran mencerminkan sebuah bentuk pengabdian dan kesyukuran kepada Allah SWT. Dalam Islam, segala bentuk aktivitas yang dilakukan dengan niat yang baik dan sesuai dengan syariat dapat bernilai ibadah. Pembuatan batik bisa dianggap sebagai salah satu bentuk syukur atas nikmat kreativitas yang Allah berikan kepada manusia.
Bahkan, dalam beberapa komunitas Muslim di Jawa, terdapat tradisi batik yang dikaitkan dengan ritual keagamaan. Motif-motif tertentu dianggap memiliki makna spiritual dan sering digunakan dalam acara-acara keagamaan. Misalnya, batik dengan motif “Truntum” sering digunakan dalam pernikahan sebagai simbol cinta yang abadi, yang merupakan anugerah dari Allah.
Batik dan Prinsip-Prinsip Keadilan dalam Islam
Salah satu prinsip penting dalam Islam adalah keadilan, termasuk dalam hal perdagangan dan industri. Pembuatan batik tradisional melibatkan proses manual yang memberikan penghargaan yang layak bagi para pengrajin.
Islam mengajarkan umatnya untuk menghormati hak-hak pekerja dan memberikan upah yang adil. Allah berfirman:
“Dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil.” (QS. Al-An’am: 152)
Pemberian upah yang layak kepada para pengrajin batik adalah implementasi dari ajaran Islam tentang keadilan dalam berbisnis. Ini adalah bentuk nyata dari keadilan sosial dan ekonomi yang menjadi bagian integral dari ajaran Islam.
Kesimpulan:
Hari Batik Nasional tidak hanya menjadi momentum untuk merayakan kekayaan budaya Indonesia, tetapi juga menjadi kesempatan bagi umat Islam untuk merenungkan nilai-nilai Islami yang tercermin dalam seni batik. Keindahan, kesederhanaan, kesabaran, dan keadilan yang terkandung dalam batik sejalan dengan ajaran Islam. Sebagai umat Islam, kita diingatkan untuk selalu bersyukur atas warisan budaya yang telah diberikan oleh Allah SWT dan terus menjaga serta melestarikannya dengan penuh tanggung jawab.
Batik bukan hanya sekadar pakaian, tetapi juga sarana untuk mengekspresikan iman, syukur, dan ketaatan kepada Allah SWT.