Batuk 100 Hari Apa Bahaya???

  • Whatsapp

Olrh
DR.dr.Robert Arjuna FEAS*
Kira2 sebelum pandemi covid saya ketemu Pak Syahrir sedang antri di poli anak RS swasta Surabaya.anak semwta wayang lagi batuk 100hari atau dikenal.batuk rejan demam mata mersh brrair.batuk tak berhenti dan ada sesak nafas.Lain dengan Bu Susan anak perempuan 8 th juga sakit batuk rejan.nafsu makan hilang katanya ini kontrol.ke 3x Batuk rejan atau pertusis adalah penyakit pada saluran pernapasan dan paru-paru yang disebabkan oleh infeksi bakteri. Penyakit ini sangat mudah menular dan bisa mengancam nyawa, khususnya bila terjadi pada bayi dan anak-anak.

Apa itu pertusis (batuk rejan)?
Batuk rejan atau pertusis adalah penyakit pada saluran pernapasan dan paru-paru yang disebabkan oleh infeksi bakteri. Penyakit ini sangat mudah menular dan bisa mengancam nyawa, khususnya bila terjadi pada bayi dan anak-anak.Batuk rejan (whooping cough) bisa dikenali dengan rentetan batuk keras yang terjadi secara terus-menerus. Biasanya, batuk ini sering diawali dengan bunyi tarikan napas panjang melengking khas yang terdengar mirip “whoop”. Batuk rejan dapat menyebabkan penderita sulit bernapas.

Batuk rejan atau pertusis merupakan batuk yang sangat menular akibat infeksi bakteri Bordetella pertussis di saluran pernapasan. Kondisi ini dapat berlangsung selama 4-8 minggu sehingga dikenal juga dengan sebutan batuk seratus hari. Selain batuk berkepanjangan, pertusis juga disertai dengan tarikan napas mengi (berbunyi ngik-ngik). Mulanya batuk berlangsung ringan, tapi semakin bertambah parah dan dapat disertai beberapa gangguan kesehatan lainnya, seperti hidung tersumbat, mata berair, tenggorokan kering, dan demam. Pertusis dapat menular dengan cepat umumnya di antara anak-anak dan remaja dan berpotensi menimbulkan komplikasi atau dampak kesehatan yang berbahaya. Untungnya, Anda bisa mencegah batuk rejan atau pertusis dengan memberikan vaksin DPT (difteri, pertusis, dan tetanus).

EPIDERMIOLOGI PETRUSIS
Bayi berumur 12 bulan dan anak-anak kecil berusia 1-4 tahun yang tidak melakukan vaksinasi. Dalam riset yang dipublikasikan The Lancet tahun 2017, terdapat 24,1 juta kasus batuk rejan per tahunnya di seluruh dunia yang umumnya diderita oleh anak-anak. Badan Kesehatan Dunia (WHO), mengestimasi setidaknya terdapat 300.000 kasus kematian pada anak di negara berkembang yang disebabkan oleh pertusis setiap tahunnya. Akan tetapi, bayi yang masih berumur kurang dari 12 bulan belum bisa mendapatkan vaksin pertusis. Oleh sebab itu, ia lebih mungkin terkena batuk rejan jika semasa mengandung ibunya tidak melakukan vaksinasi. Meskipun batuk pertusis lebih umum dialami anak-anak, penyakit ini juga mugkin saja terjadi pada orang dewasa.

GEJALA
1. Batuk rejan biasanya baru muncul sekitar 5-10 hari setelah terinfeksi oleh bakteri.
2. sesak napas ketika berbaring atau tidur.
Tahapan infeksi batuk rejan sendiri terdiri dari tiga fase yang mana setiap fasenya menunjukkan gejala yang berbeda-beda.

1.FASE I
Tanda-tanda dan gejala dari batuk rejan pada tahap awal yang berlangsung selama 1-2 minggu biasanya ringan dan mirip dengan gejala pilek biasa, seperti:
1. Hidung berair/tersumbat
2. Mata merah dan berair
3. Demam

2.FASE II
1. Mual
2. Wajah berubah pucat membiru (biasanya pada anak-anak) atau memerah
3. Merasakan kelelahan ekstrem
4. Suara mengi semakin tinggi, terutama saat menarik napas setelah batuk

3.FASE 3
1. Fase akhir adalah fase penyembuhan yang umumnya berlangsung selama 1-3 bulan.
2. Gangguan kesehatan yang dialami biasanya mulai berangsur membaik,
3. Frekuensi, dan lamanya periode batuk mulai menurun.

Fase pertama dari perkembangan batuk pertusis adalah masa di mana infeksi sangat rentan menular. Meskipun begitu, orangtua perlu sangat berhati-hati dan jangan sampai menunda pengobatan medis, terutama ketika gejala telah menunjukkan perkembangan infeksi di fase kedua. Pasalnya, risiko kematian akibat pertusis yang paling tinggi terjadi di fase paroksismal ini. Jika Anda mencurigai gejala yang muncul adalah tanda pertusis, periksakanlah ke dokter sekalipun batuk masih bersifat ringan. Selain itu, Anda juga harus segera menghubungi dokter bila Anda atau si kecil mengalami gejala-gejala berikut ini:
1. Muntah
2. E menjadi kemerahan atau kebiruan
3. Kesulitan bernapas
3. Napas semakin memendek

ETIOLOGI:
Batuk rejan terjadi akibat infeksi pada saluran pernapasan yang disebabkan oleh bakteri Bordetella pertussis.

PATOFISIOLOGI
Akibatnya, terjadi penumpukan dahak pada saluran pernapasan. Selama berkembang biak, B. pertussis memproduksi berbagai macam zat antigenik sekaligus zat beracun seperti
1. pertussis toxin (PT),
2. filamentous hemagglutinin (FHA),
3. Agglutinogens,
4. Adenylate cyclase,
5. pertactin,
6. Tracheal cytotoxin.
Racun-racun inilah yang bertanggung jawab atas peradangan dan pembengkakan yang terjadi pada saluran pernapasan. Selain itu, racun dari bakteri penyebab batuk rejan juga dapat menyerang sistem kekebalan tubuh. Seiring bertambah parahnya infeksi yang disebabkan bakteri, bertambah banyak pula jumlah dahak. Alhasil, batuk pun akan berlangsung semakin sering. Lama-kelamaan penderita akan semakin sulit untuk bernapas karena sirkulasi udara dalam saluran pernapasan kian terhambat akibat dahak yang menumpuk. Udara yang tidak bisa sepenuhnya masuk sampai ke paru-paru akan menimbulkan suara mengi saat penderita bernapas.

SIAPA RESIKO TERKENA PERTUSIS
1. Bayi berusia di bawah 12 bulan atau lansia
2. Belum menjalani atau melengkapi vaksinasi pertusis
3. Berada di area wabah pertusis
4. Sedang hamil
5. Sering melakukan kontak dengan penderita pertusis
6. Penderita obesitas
7. Memiliki riwayat asma

PENUNJANG DIAGNOSA
1. Tes darah: untuk mengetahui jumlah elemen sel darah, terutama sel darah putih. Jika jumlahnya tinggi, maka mengindikasikan terdapatnya beberapa infeksi.
2. Tes dahak atau sputum: pemeriksaan laboratorium untuk menganalisis sampel lendir yang diambil dari tenggorokan dan hidung sehingga dapat diketahui ada atau tidaknya bakteri Bordetella pertussis di dalam tubuh.
3. Tes rontgen dada: mengambil gambar bagian dalam dada menggunakan X-ray untuk memeriksa adanya peradangan atau cairan pada paru-paru.

TERAPI
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), jenis antibiotik yang efektif diguanakan sebagai obat untuk membasmi infeksi bakteri penyebab batuk rejan adalah golongan makrolida, seperti:
A. Antibiotika
1. Azitromisin (pilihan utama)
2. Eritromisin
3. Klaritomisin
Selain ke3.antibiotik tsb trimetroprim sulfametoksasol dapat pula digunakan.
Ketiga obat antibiotik untuk batuk rejan ini akan bekerja dengan efektif terutama saat infeksi masih berlangsung pada fase awal (2-3 minggu) Namun, obat-obatan ini hanya aman diberikan pada pasien yang telah berusia 1 bulan atau lebih. Penggunaan obat pertusis ini pada bayi berusia di bawah 1 bulan membutuhkan penanganan medis khusus.
B. Korticosterod
C. Obat bstuk rejan
D. Obat penurun panas

KOMPLIKASI :
1. Kesulitan untuk tidur di malam hari atau insomnia
2. Kesulitan bernapas saat tidur
3. Penurunan berat badan
4. Epilepsi
sebuah penelitian dari University Aarhus N Denmark juga mengungkap bahwa bayi yang terserang batuk rejan berisiko lebih tinggi untuk mengalami epilepsi pada masa kanak-kanaknya nanti. Komplikasi yang paling fatal adalah batuk rejan berkepanjangan dapat mengakibatkan pecahnya pembuluh darah sehingga terjadi pendarahan di dalam otak.

PENCEGAHAN
1.imunisasi dasar untuk difteri, pertusis, dan tetanus (DPT)
2..Vaksin pentavalen yang juga membangun kekebalan untuk penyakit hepatitis, pneumonia, dan meningitis yakni vaksin DPT-HB-Hib.
Setelah pemerintah menerapkan imunisasiasi dasar maka kasus ini sudah jarang dijumpai
Demikian uraian kami,semoga bermsnfaat
RobertoNews1412 《7.5.22(07.00)》
• Praktisi Dokter & Penulis Ilmu Kesehatan

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait