SEDATI, Beritalima.com-
Jelang kepulangan Jemaah Haji ke tanah air, BBKK Surabaya sebagai institusi yang
melakukan pelayanan kesehatan haji di Embarkasi Surabaya melakukan persiapan akhir.
Kedatangan pertama dijadwalkan pada Sabtu, 22 Juni 2024 pukul 21.05 WIB di Bandara Juanda.
Persiapan sarana dan prasarana kegawatdaruratan kesehatan menjadi hal penting dan krusial
mengingat pada pelaksanaan ibadah haji, Jemaah banyak yang lansia dan memiliki faktor risiko
yang tinggi.
Belum lagi, Ibadah haji merupakan ibadah fisik yang menguras tenaga. Kondisi alam yang
jauh berbeda antara tanah suci dan Indonesia (suhu, cuaca, dll) juga menjadi faktor penentu
kesehatan Jemaah haji.
Kelelahan fisik dan lamanya penerbangan dari Arab Saudi ke Indonesia akan mempengaruhi status kesehatan Jemaah haji saat mendarat di Bandara Juanda. Oleh sebab itu, untuk antisipasi kegawatdaruratan kesehatan yang mungkin terjadi pada Jemaah Haji saat mendarat di Bandara Internasional Juanda, BBKK Surabaya menyiagakan setidaknya 10 Unit Ambulans.
“Harapan kita semua Jemaah haji kembali ke tanah air dengan sehat, jadi haji mabrur,
namun tidak bisa dipungkiri faktor risiko kegawatdaruratan kesehatan ada, jadi sebagai bentuk antisipasi dan layanan, kami siapkan 10 Armada ambulans. Beberapa ambulans adalah kolaborasi dengan instansi dan mitra. Alhamdulilah, semua mendukung layanan
kegawatdaruratan kesehatan haji,” Papar Dr. Rosidi Roslan, Kepala BBKK Surabaya saat ditemui
di kantor.
Sebelum ambulans melakukan layanan kesehatan kegawatdaruratan medis, Dr. Rosidi pada Kamis pagi menyempatkan diri secara langsung memastikan semua armada tersebut siap
dan dalam kondisi prima. Dia menegaskan bahwa kecepatan dan kesiapan sarana menjadi
penentu dalam mengatasi situasi kegawatdaruratan medis.
“Armada cukup. Tadi saya memastikan kondisinya prima. Dalam situasi kegawatdaruratan, kondisi sarana prasarana penting sekali. Kami berharap jika terjadi
kegawatdaruratan bisa mengantar jemaah secepat-cepatnya dan sebaik-baiknya ke fasilitas
pelayanan kesehatan,” sambungnya.
Swab untuk Jemaah Haji bergejala Demam, Batuk, Pilek
Selain mempersiapkan sarana dan prasarana kegawatdaruratan kesehatan, BBKK Surabaya juga akan menjalankan tugas dan fungsi menjaga pintu masuk negara dari risiko penularan penyakit. Salah satunya adalah dengan melakukan pengawasan risiko penyakit menular yang masuk ke Indonesia di momen haji.
Untuk itu, BBKK Surabaya sudah menyiapkan sarpras untuk melakukan deteksi dan
surveilans penyakit menular yang menyerang sistem pernafasan seperti Flu (ILI – Influenza Like
Illness) melalui metode swab. Yang dilakukan adalah swab antigen untuk deteksi covid-19, serta pengiriman sampel ke Laboratorium untuk deteksi virus lain. Proses swab diterapkan pada Jemaah haji yang terdeteksi memiliki gejala penyakit menular seperti demam, batuk dan pilek
(Penyakit yang menyerang sistem pernapasan).
“Kita juga akan melakukan swab ke semua Jemaah haji yang sakit dengan gejala demam, batuk pilek. Tapi jangan takut, ini merupakan prosedur kewaspadaan, agar kita bisa
memetakan jenis penyakit menular yang masuk ke Indonesia dari luar negeri termasuk dari tanah suci. Kita gunakan sebagai pemetaan faktor risiko, serta sebagai bahan penanggulangan jika terjadi kondisi luar biasa. Tidak perlu khawatir” Ungkap Rosidi.
Prosedur swab dilakukan dengan dua kondisi. Yang pertama dilakukan pada Jemaah
emergency yang saat di bandara akan dirujuk ke Rumah Sakit Swab dilakukan di Bandara Juanda karena Jemaah tidak ke asrama haji, embarkasi Surabaya.
Yang kedua dilakukan pada Jemaah saat pemeriksaan kesehatan di Embarkasi Surabaya
pasca kedatangan. Swab dilakukan pada Jemaah haji yang terdeteksi thermal scanner dengansuhu tubuh 38 derajat celcius, atau secara visual bergejala batuk pilek.
“Deteksi suhu tubuh melalui thermal scanner akan kita lakukan di hall penerimaan di
Asrama Haji. Namun bukan itu satu-satunya deteksi. Petugas medis di hall penerimaan juga akan melakukan screening Jemaah yang perlu di swab,” Pungkasnya.
Sanitasi Pesawat
Selain melakukan screening penyakit menular pada manusia, BBKK Surabaya juga
melakukan pengawasan alat angkut untuk pencegahan penyakit menular yang mungkin
‘terbawa’ oleh pesawat melalui vektor atau binatang pembawa penyakit, maupun melalui
sanitasi. Oleh sebab itu, petugas sanitarian akan melakukan pemeriksaan pada setiap pesawat yang membawa Jemaah haji pulang ke Indonesia.
Sebenarnya, tugas ini sudah dilakukan saat embarkasi atau proses pemberangkatan.
Yang diperiksa pun serupa yakni kabin penumpang, kompartemen toilet, tempat penyimpanan
makanan (galley), pembuangan kotoran cair, penanganan penyediaan air, keadaan makanan
secara fisik, dan keberadaan serangga dan binatang pengganggu.
“Sanitarian kita selalu stand by di Bandara untuk naik turun pesawat yang membawa Jemaah haji. Setiap pesawat kita cek. Mulai dari kebersihan kabin, kualitas air, hingga ke semprotan serangga pun kita periksa,” Ujarnya.
Untuk pelayanan kesehatan haji, Dr. Rosidi mengungkapkan pihaknya telah mempersiapkan sekitar 62 petugas yang akan memberikan pelayanan terbaiknya.
“Semoga debarkasi lancar. Jemaah sehat semua sampai tiba di rumah masing-masing.”
Tuturnya.
Data Jamaah Haji Indonesia.
1. Jumlah JH Indonesia meninggal : 186 orang
2. Dari emb SUB : 30 orang (30/186 =16,13%).
3. Emb SUB, rasio jumlah meninggal dg jumlah jh + petugas berangkat : 30 : 39.264 = 0,76 permil.
4. Rentang usia JH meninggal; <50 (1), 51-60 (7), 61-70 (10), 71-80 (7), 81-90 (4), >90 (1)
5. COD (Cause of death):
* Penyakit jantung 11
* Penyakit pernafasan 8
* Gangguan sirkulasi (syok) 8
* lain-lain 3
6. Lokasi meninggal:
* Makkah : 22
* Madinah : 2
* Arafah : 1
* Mina : 5.(Yul)