TRENGGALEK, beritalima.com –
Merasa resah akibat beberapa tahun tanpa kepala desa definitif, puluhan warga Desa Ngulanwetan, Kecamatan Pogalan, Trenggalek bersepakat dukung tokoh muda untuk maju pilkades.
Meski terbilang masih cukup lama gelaran Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) serentak tahun 2025 mendatang, namun masyarakat yang rindu pemimpin ideal memandang perlu untuk memunculkan figur tersebut.
Setidaknya ada 90 orang perwakilan warga dari berbagai elemen, menyamakan suara dalam mendukung salah satu calon pemimpin desa mereka.
Hal itu sebagaimana disampaikan mantan Kades Ngulanwetan, Sudewa (67) yang juga turut hadir bahwa acara ini murni diinisiasi oleh beberapa warga karena sudah hampir 4 tahun tanpa pemimpin definitif.
“Desa Ngulanwetan sudah hampir 4 tahun tanpa kepala desa, jadi kami merasa sangat memerlukan adanya pemimpin baru,” sebut dia di Cafe Unfold, Kelurahan Ngantru, Trenggalek, Rabu 19 Juni 2024 malam.
Pasalnya, masih kata Sudewa, kades Ngulanwetan sebelumnya (periode 2019-2025) terseret kasus korupsi sehingga harus menjalani proses hukum. Akibatnya, ada dampak cukup serius bagi tata kelola pemerintahan. Selain itu, keluhan-keluhan masyarakat terkait pelayanan publik juga menjadikan bahan masukan.
“Mengingat banyak permasalahan-permalahan lain yang cukup memprihatinkan, sehingga kami berencana menunjuk putra daerah agar mau mencalonkan diri menjadi kepala desa,” imbuh Sudewa.
Senada, salah satu hadirin, Syahroni (65) menambahkan, dengan berbagai karakter serta konflik kepentingan disemua level dalam lingkup pemerintah Desa Ngulanwetan seyogyanya ada rekonsiliasi. Diharapkan, ketika ada pemimpin baru yang mumpuni sekaligus cakap mengelola pemerintahan dipastikan masyarakatpun akan benar-benar tentram serta sejahtera.
“Diharapkan setelah ada pemimpin baru, akan terjadi rekonsiliasi menyeluruh disemua lini dan bidang,” tandasnya.
Sementara itu, Sukar Sholikin, calon yang didukung sebagian besar warga tersebut mengatakan kesiapannya jika memang di beri mandat amanah. Apalagi, diakui ataupun tidak bahwa di lingkungan pemerintah desa Ngulanwetan sendiri memang ada faksi-faksi sehingga tidak bisa benar-benar kondusif.
“Sebagai warga asli Ngulanwetan, saya merasakan kalau dilingkup pemerintah desa Ngulanwetan masih ada faksi-faksi. Dipermukaan memang terlihat adem, ayem dan tenang, namun didalamnya terasa ada sekam yang sewaktu-waktu bisa terbakar,” kata Sukar Solikin.
Padahal, sambung dia, masyarakat sudah merindukan sosok pemimpin yang menjadi leading sektor dan pemersatu di Ngulanwetan. Harus ada figur yang mampu memfasilitasi rekonsiliasi konflik internal.
“Saya yakin, ketika semua bersama-sama berkomunitmen memberikan yang terbaik maka tidak ada yang tidak mungkin,” pungkas dia. (her)