Begal Fenomena Menyeramkan di Perkotaan

  • Whatsapp

Oleh: Sitti Husniati

Mahasiswa Ilmu komunikasi UMI

Begal topik paling hangat dalam lingkup gangguan kamtibmas dalam beberapa bulan akhir ini.

Nyaris setiap hari terjadi pembegalan motor di berbagai kota, hampir setiap hari pula polisi meringkus dan menembak mati penjahat jalanan.

Tapi kejahatan jalan terus saja terjadi, mati satu tumbuh seribu.

Dalam terminologi hukum Indonesia tidak ada istilah begal. Dalam KUHP jenis kejahatan diklasifikasikan sebagai pencurian dengan kekerasan (curas) dan pencurian dengan pemberatan (curat).

Begal motor masuk dalam klasifikas curas. Hanya saja, istilah begal yang berasal dari bahasa daerah tertentu menjadi lebih populer sebagai sebutan bagi perampas motor.

Fenomena pembegalan atau perampasan sesungguhnya sudah lama terjadi. Polisi memetakan pelaku kejahatan ini berdasarkan daerah asal mereka, yakni Sulawesi Selatan terutama Makassar.

Polisi punya bukti, begal yang tertangkap di Makassar, seperti Gowa,Maros dan lainnya, rata-rata berasal dari Sulsel, meski banyak juga yang berasal dari daerah lain.

Perkembangannya, pembegalan motor tidak hanya di Makassar hampir ke semua daerah.

Di Sulawesi, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan sejumlah wilayah lainnya. Modusnya sama, mengancam akan membunuh pengendara motor bila tidak mau menyerahkan hartanya.

Begal pun jadi fenomena yang menyeramkan. Hingga muncul istilah, lebih baik bertemu hantu di jalan daripada ketemu begal.

Akumulasi kemarahan masyarakat pada begal akhirnya dilampiaskan dengan cara anarkis.

Fenomena begal sesungguhnya tidak bisa dipandang dari sisi keamanan saja. Berbagai analisis menyebutkan, kejahatan lahir dari banyak sebab.

Persoalan ekonomi, sosial, pendidikan, dan gaya hidup kerap berkorelasi dengan munculnya kriminalitas.

Bila kita lihat sejumlah tersangka yang ditangkap polisi, rata-rata berusia muda, bahkan ada yang berstatus pelajar.

Artinya, fenomena kejahatan mulai bergeser, dari semula pelakunya orang dewasa dan penjahat profesional, kini justru anak-anak muda.

Pelaku yang ditangkap mengaku mereka menjambret atau merampas motor, untuk mencari uang buat mabuk, beli HP model terbaru serta hura-hura.

Hedonisme rupanya telah menjerumuskan mereka ke dunia kejahatan. Generasi muda tak mampu menahan gempuran hedonisme.

Begal tidak hanya persoalan kamtibmas, melainkan juga masalah sosial. Pemerintah dan seluruh komponen bangsa ikut bertanggung jawab.

Pendidikan di dalam rumah, adalah yang paling penting untuk membentuk karaktek anak di samping pendidikan di sekolah.

Kejahatan bisa dicegah bila semua komponen sama-sama melakukan upaya preventif seperti penyuluhan, atau pendidikan agama dan menanamkan moral yang kuat. Masalah keamanan, adalah tanggungjawab kita bersama.

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *