GRESIK,beritalima.com- Direktur PT Petrokimia Gresik Rahmad Pribadi menyatakan, ada tiga faktor kondisi yang mengancam ketahanan pangan di Indonesia. Ketiga factor itu adalah pertama, Kurangnya minat masyarakat terutama anak muda terjun menjadi petani sehingga regenerasi kian menurun, Kedua jumlah lahan pertanian semakin berkurang, dan ketiga produktifitas petani menurun.
Atas persoalan serius diatas PT Petrokimia Gresik Kata rahmad sudah menyiapkan solusinya. Dia menjelaskan terkait berkurangnya minat anak muda terjun dipertanian, pihaknya telah menggalakkan Jambore Petani muda yang bertujuan menarik minat muda untuk berminat terjun dibidang pertanian.
Jombore untuk yangke-3 kalinya ini Kata rahmad pihaknya keliling ke Universitas pertanian di seluruh Indonesia untuk meyakinkan kepada mahasiswa pertanian, bahwa terjun di bidang pertanian juga punya masa depan yang cerah. “Ini adalah bentuk komitmen PT Petrokimia Gresik dalam melakukan regenerasi petani, kita tahu demografi petani kita jika dibiarkan maka jumlah petani berkurang.” jelasnya, Kamis kemarin (6/2) saat acara pembukaan Jambore Petani Muda 3 Di Wisma Kebomas. “PT Petrokimia Gresik punya tanggung jawab moral dan sosial untuk memastikan ketahanan pangan salah satu fondasi ketahan pangan,”sambung Rahmad.
Kemudian problem kedua adalah kian menyempitnya lahan pertanian, Rahmad menyatakan solusi yang disiapkan oleh PT Petrokimia yakni dengan membuat produk pupuk,Benih dan pestesida yang berkualitas sebagai upaya menggenjot kuantitas hasil pertanian sehingga menyempitnya lahan tidak membuat hasil pertanian ikut berkurang.
Sedang terkait problem ketiga yakni berkurangnya produktifitas petani, pihak PT Petrokimia juga memberikan solusi melalui riset dengan mengembangkan produk-produk yang mendukung pada pertanian berkelanjutan. “Dengan ketiga solusi yang dilakukan itu, kita harapkan ketahanan pangan yang diinginkan seluruh masyarakat bangsa Indonesia itu bisa tercapai,” harapnya.
Sementara itu, Ketua Forum Dekan Pertanian Indonesia, Dr Jamhari ST ME menyatakan dari aspek pendidikan juga sudah memperbaiki system kurikulumnya.Dia juga sependapat bahwa problem pertanian di Indonesia salah satunya yakni menurunnya minat anak muda untuk terjun di pertanian. Dampaknya regenerasi petani semkain menurun. “Dari sensus pertanian tahun 2013 jumlah petani itu turun 32 juta ke 26 juta.,”jelasnya.
Untuk mengatasi hal itu, dari aspek pendidikan pihaknya melakukan perubahan kurikulum dengan model kurikulum yang sangat flekesibel dengan memberikan kebebasan mahasiswa pertanian untuk melakukan eksplorasi/eksperimen dilapangan selama 2 semester. “Saat ini kita juga identifikasi partner-partner siapa saja yang bisa kerjasama dengan perguruan tinggi pertanian. Jadi harus dibangun satu sinergi,”pungkasnya. (ron)