SURABAYA – Ternyata saat anak-anak kita bisa membaca, kita tak boleh berbangga hati dulu. Karena bisa membaca, belum tentu terampil membaca. Artinya, si anak mungkin sudah bisa mengeja kata atau kalimat, namun dia belum memahami apa yang di baca. Dibutuhkan pengetahuan yang cukup saat membimbing anak belajar membaca. Demikian disampaikan oleh Dyah Puspitasari, Whole School Development USAID PRIORITAS Jawa Timur. Orangtua, guru, atau pendamping anak dalam belajar membaca sering tak menyadari bahwa anak yang mereka damping telah mahir membaca, namun secara isi mereka belum memahami. Diperlukan tehnik khusus mendampingi si anak Keterampilan membaca anak yang baik, mempengaruhi baiknya pemahaman bacaannya. “Dampaknya adalah pada proses belajar anak yang semakin baik,” demikian ungkap Dyah. Untuk itulah saat memberikan pelatihan kepada pengurus Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Surabaya beberapa waktu lalu, Dyah menekankan pada materi keterampilan membaca karena kegiatan tersebut merupakan pengatahuan dasar yang harus dimiliki oleh pendamping anak.
Sementara itu Koordinator USAID Prioritas Jawa Timur Silvana Erlina mengatakan, setidaknya ada empat jenjang membaca yang harus didampingi dengan empat teknik keterampilan membaca.
“Yang pertama adalah untuk pembaca awal. Kami dari USAID, menerapkan read aloud atau membaca dengan suara yang keras dalam pendampingan,” kata Silvana. Langkahnya adalah dengan mendampingi anak sambil membentuk kelompok kecil, lalu pendamping membacakan dengan suara keras isi buku bacaan. Dalam kegiatan ini anak-anak akan belajar banyak hal. Bukan hanya bisa lancar membaca, mereka juga akan terampil dalam membacakan intonasi, memahami isi bacaan, dan menceritakan kembali isi bacaannya. “Teknik ini bisa dilakukan pendamping dengan membacakan dulu, kemudian secara bergantian meminta anak-anak untuk mengulang bacaannya,” ucapnya.
Teknik berikutnya yang bisa diberikan adalah dengan menerapkan teknik membaca terbimbing. Teknik ini dilakukan dengan mengelompokkan anak-anak berdasarkan kemampuan kecepatan membaca. Sebab ada anak yang membacanya lambat, sangat lambat, dan cepat. Maka setiap hari mereka harus dibimbing dalam kelompoknya agar tidak ada anak yang ketinggalan. “Sebab membaca itu butuh latihan secara intensif setiap harinya,” ia menambahkan. Dalam kegiatan ini pendamping juga bisa bermain kartu huruf dimana anak-anak diminta menyusun kata demi kata, hingga membentuk kalimat.
Teknik ketiga adalah membaca bersama. Teknik ini hampir sama dengan teknik membaca read aloud (suara lantang). Akan tetapi lebih merujuk pada anak sebagai center learning. “Anak-anak diminta untuk secara bergantian menyebutkan 5 W+1H (who, where, why, what, when, how, red) dari buku bacaan yang dibacakan pendamping di satu kelompok,” terang dia. Setelah itu mereka diminta untuk membuat resume dari buku bacaan tersebut. Bukan hanya buku dongeng atau cerita, melainkan juga bisa buku pelajaran.
Sedangkan teknik yang terakhir adalah dengan teknik membaca mandiri. Jenjang ini bagi pembaca yang sudah dewasa atau ahli. “Mereka membaca sendiri namun goalnya pendamping meminta anak untuk membuat tulisan kreatif dari yang mereka baca,” ucap dia. Sementara itu buku-buku yang akan digunakan untuk membimbing anak membaca, dipilih yang menggunakan tulisan huruf yang cukup besar serta gambar-gambar yang menarik sehingga anak antusias dan tertarik mengikuti buku yang sedang dibacakan oleh pendamping.
Hernik Farisia Fasilitator Membaca Kelas Awal dari Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya (UINSA) mengatakan, saat mengajarkan anak membaca dibutuhkan intonasi yang jelas dan ketegasan pendamping saat membuat aturan membaca bagi siswa. Misalnya, saat pendamping membaca anak-anak harus diam mendengarkan. Apabila ada pertanyaan atau akan menjawab pertanyaan harus mengangkat tangan terlebih dahulu, anak dibiasakan duduk rapi dan nyaman, sehingga suasana membaca pun akan lebih santai dan anak bisa lebih berkonsentrasi.*