Belajar dari Kelangkaan Oksigen dalam Tabung

  • Whatsapp

Catatan: Yousri Nur Raja Agam

Fabi  ayyii aa laa i  rabbiku  maa tukazzibaan

Di dalam Surat Ar Rahman, 30 ayat atau  30 kali, kalimat  “Fabi  ayyii aa laa i  rabbiku maa  tukazzibaan” ditampilkan.
Apakah arti kalimat berbahasa Arab itu? Kita uraikan di bawah.

Kasus Oksigen dalam Tabung

Tetapi, yang menjadi top markotop ramai dibicarakan beberapa waktu belakangan adalah masalah “sepele”, tetapi sangat prinsip bagi kehidupan. Apalagi, dikaitkan dengan masa pandemi Covid-19.  Bagi penderita yang terpapar corona virus desiase tahun 2019 yang disingkat Covid-19 itu, ribut.

Ribut, masalah sepele, tetapi tidak mudah begitu saja bagi pasien dan keluarga pasien mengatasinya. Terutama yang sesak napas,  karena “kekurangan oksigen”. Pasien, tidak mudah, bahkan tidak bisa menghirup oksigen yang ada di alam luas ini.

Ramai pemberitaan tentang oksigen, yang juga disebut kelangkaan “gas di dalam tabung” itu. Sempat jadi masalah, karena ketersediaan oksigen dalam tabung di rumah sakit, sampai habis. Para penjual barang inipun terbatas. Tidak di sembarangan tempat adanya.

Pemerintah pun turun tangan, berhubungan dengan  penyediaan oksigen dalam tabung. Juga ada yang disebut tabung isi ulang. Maka di beberapa tempat, kemudian diketahui ada depot-depot penjualan dan agen penyalur oksigen. Akhirnya,  dapat diatasi. Belum tahu, apakah Sesaat atau seterusnya.

Nah, tahukah anda apa itu Oksigen?

Berdasarkan sajian Wikipedia, Oksigen adalah zat asam, dahulu kadangkala disebut juga sebagai zat pembakar. Ini adalah unsur kimia yang mempunyai lambang O dan nomor atom 8. Dalam tabel periodik, oksigen merupakan unsur nonlogam golongan VIA dan dapat dengan mudah bereaksi dengan hampir semua unsur lain. Penemunya: Joseph Priestley, Antoine Lavoisier, Carl Wilhelm Scheele.

Baiklah, tentu tidak semua orang memahami oksigen itu. Padahal, oksigen itu ada di sekitar kita. Dekat sekali dengan kita. Yaitu, udara yang kita hirup.

Oksigen dan Nitrogen

Udara yang kita hirup untuk bernapas,  bukan hanya mengandung oksigen. Sebab, Oksigen hanya menyumbang sekitar 21 persen dari udara. Memang,  jumlah oksigen di udara tidak sama di setiap tempat. Semakin kita menjauh dari permukaan laut, semakin sedikit oksigen yang bisa kita temukan di udara.

Daerah pegunungan, oksigennya lebih sedikit dibanding dengan daerah dekat laut atau dataran rendah. Di puncak gunung yang tinggi, udaranya mengandung lebih sedikit oksigennya. Sehingga,
pendaki gunung sering menggunakan tangki oksigen untuk naik ke puncak tertinggi di dunia, seperti Gunung Everest .

Nah, kalau Oksigen hanya sekitar 21 persen di udara, yang jumlahnya mencapai 79 persen di udara itu apa saja? Jawabnya: Nitrogen.

Nitrogen di udara sekitar kita ini ada 78 persen, dan sisanya yang 1 persen, adalah gas lain-lain. Gas lain itu, seperti argon, karbon dioksida, helium, metana, dan beberapa jenis lainnya. Bisa juga,  di udara ini terdapat debu, serbuk sari, mikroba, spora, dan bahkan air, berupa uap air di udara yang lembab.

Nitrogen adalah nutrisi penting yang diperlukan semua makhluk hidup, karena nitrogen merupakan bagian utama dari dari asam amino. Asam amino merupakan bahan penyusun protein dan asam nukleat seperti DNA, yang mentransfer informasi genetik ke generasi selanjutnya.

Nitrogen, tidak seperti oksigen yang bisa langsung dihirup dan terserap tubuh saat bernapas. Manusia maupun hewan tidak bisa langsung menyerap nitrogen dalam bentuk gas.
Nitrogen juga nutrisi yang sangat penting bagi tumbuhan dan komponen penting dari protein.
Ada sebuah sebuah proses yang dikenal dengan siklus nitrogen yang dapat membuat itu terjadi. Siklus ini yang akan mengubah nitrogen menjadi senyawa yang digunakan tumbuhan dan hewan.

Manusia dan hewan membutuhkan nitrogen karena semua jaringan manusia seperti otot, kulit, rambut, kuku, dan darah mengandung protein.

Namun, tentu kita tidak bisa langsung mengambil nitrogen dari udara. Lantas, bagaimana manusia mendapatkan nitrogen tersebut?
Nitrogen yang dapat diserap atau diperoleh tubuh manusia yakni berasal dari makanan, terutama makanan yang kaya akan protein.

Tubuh kita akan  terus-menerus mendaur ulang nitrogen dari asam amino, kemudian memecah asam amino yang tidak digunakan untuk sintesis protein menjadi komponen termasuk nitrogen untuk energi.

Harga Oksigen dan Nitrogen

Tetapi, tentu belum semua di antara kita tahu permasalahan oksigen dan nitrogen itu. Terutama harganya, berapa. Kita bisa menanyakan harga Oksigen itu di Apotik.

Ternyata,  harga Oksigen sekitar Rp 25.000 per liter dan Nitrogen di apotik Rp 9.950 per liter.

Pernahkah anda mengetahui, berapa kebutuhan Oksigen dan Nitrogen anda sebagai manusia? Dalam sehari manusia menghirup  Oksigen 2.880 liter dan Nitrogen 11.376 liter.

Ayo mari kita hitung:

2.880 x Rp.25.000,- = Rp. 72.000.000,-
11.376 x Rp. 9.950,- = Rp.113.191.200,-
Total biaya sehari = Rp.185.191.200, –

Biaya bernafas 1 bulan = 30 x Rp.185.191.200,- = Rp.5.555.736.000,- (Rp 5,55 miliar lebih)

Kalau satu tahun 365 hari maka biaya utk bernafas selama 1 thn = 365 x Rp.185.191.200,- = Rp.67.594.788.000,- (Rp 67,59 miliar lebih).

Nah, sekarang berapa usia kita? Sudah berapa banyak kita mengkonsumsi atau menghirup Oksigen dan Nitrogen dari udara? Semua itu tidak pernah kita perhitungan, karena Allah, Sang Pemilik alam raya ini, memberikan udara gratis kepada kita. Berapa banyak keluarga kita, bangsa kita, bahkan jumlah umat manusia dan juga hewan yang memanfaatkan Oksigen dan Nitrogen dari udara?

Terasa Mahal

Ketika seseorang terpapar Covid-19., dan kesulitan bernafas, cari Oksigen tabung. Mungkin saat itu  baru merasakan mahalnya oksigen, maupun Nitrogen. Padahal, penting.  Saat itulah oksigen dan Nitrogen, benar-benar menjadi “taruhan hidup”.

Tidak ada lain, kita wajib bersyukur kepada Allah, Sang Maha Pencipta dan Penguasa. Allah telah memberi Gratis kepada umatnya.

Masihkah kita ingkar kepada Allah. Masihkah kita tak bersyukur?

Nikmat mana lagi yang kau dustakan…?

Kalimat ini di dalam Surat Ar Rahman, berbunyi:
Fabi ayyi aalaa II rabiku maa tukazzibaan
Artinya: Nikmat mana lagi yang Kau dustakan?

Itu adalah kalimat bernada tanya. Dari siapa? Allah.

Memang, kita wajib bersyukur kepada Allah sang Pencipta. Bagi umat Islam,  kewajiban itu tertuang pada Surat Ibrahim ayat 7:

La in syakartum la aazidannakum Wa la in kafartum inna ‘azaa bi lasyadid

Apabila engkau mensyukuri Nikmat Ku (kata Allah), niscaya akan Aku lipat gandakan nikmatKu kepada mu. Tetapi jika engkau mengingkari (Nikmat Allah),  sesungguhnya azab Allah itu amat pedih.

Dalam Alquran surat An-Nahl ayat 18, Allah berfirman: “Wa in ta’uddu ni’matallahi la tuhshuha.”   Artinya: “Dan jika kalian menghitung nikmat Allah, maka kalian tidak akan sanggup menghitungnya.”

Seperti hitung-hitungan Oksigen dan Nitrogen di udara, pada artikel di atas, sebenarnya tidak perlu. Tetapi, demikianlah kalau mencoba-coba untuk menghitung nikmat Allah, pasti engkau tidak sanggup. (*)

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait