SURABAYA, Beritalima.com|
Sistem pembelian bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi jenis solar dan pertalite direncanakan akan menggunakan aplikasi MyPertamina. Hal ini menimbulkan pendapat pro kontra dari masyarakat.
Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga (UNAIR) Gitadi Tegas Supramudyo Drs MSi berpendapat bahwa sistem ini merupakan sebuah keniscayaan yang harus disadari oleh masyarakat. Sebab, sistem pembelian ini merupakan alat menuju suatu tujuan yaitu agar BBM bersubsidi jenis solar dan pertalite menjadi lebih tepat sasaran.
Design Terintegrasi
Meskipun sistem pembelian BBM bersubsidi jenis solar dan pertalite yang direncanakan menggunakan aplikasi MyPertamina ini merupakan suatu hal yang baik karena dapat membuat BBM bersubsidi jenis solar dan pertalite menjadi lebih tepat sasaran, Gitadi menegaskan bahwa harus ada design yang baik dan terintegrasi.
Design yang dimaksud salah satunya yaitu memberi alternatif kepada masyarakat terkait pilihan pembayaran yang beragam dalam aplikasi MyPertamina itu sendiri.
“Sebagai pemilik pangsa pasar BBM terbesar dan keberadaan kompetitor yang belum kompetitif, mestinya menjadi modal dasar yang sangat kuat untuk membangun aplikasi yang handal,” terang Gitadi.
Masa Sosialisasi yang Panjang
Gitadi juga menilai bahwa harus ada masa sosialisasi yang panjang berkaitan dengan sistem pembelian BBM bersubsidi jenis solar dan pertalite menggunakan aplikasi MyPertamina. Sebab, kondisi masyarakat Indonesia perlu waktu lebih lama untuk terbiasa dengan sistem pembelian baru.
“Selain itu, mengingat juga jumlah usernya (MyPertamina, Red), yang sejak awal tampak kurang handal,” sambung Gitadi.
Sanksi Ketat Bagi Pelanggar
Gitadi juga menyarankan adanya sanksi ketat bagi pelanggar sistem pembelian BBM yang baru ini. Adanya sanksi diharapkan dapat membangun kepatuhan masyarakat agar tujuan ketepatan sasaran dari BBM bersubsidi jenis solar dan pertalite dapat tercapai. (Yul)