JAKARTA, Beritalima.com– Pemerintah pimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi) tidak sensitif melihat penderitaan masyarakat karena membiarkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) tetap tinggi saat masyarakat sedang menederita akibat virus Corona (Covid-19).
Padahal, ungkap anggota Komisi VII DPR RI membidangi Energis Sumber Daya Mineral (ESDM), Ilmu Pengetahuan Teknologi (Iptek) dan Lingkungan Hidup (LH), Dr H Mulyanto, Selasa (5/5), M.Eng harga minyak dunia sudah lama anjlok. “Saya nilai Pemerintah memang tidak sensitif terhadap nasib rakyat yang kesusahan. Salah satunya, Pemerintah belum juga menurunkan harga BBM,” kata dia.
Dikatakan wakil Ketua Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) DPR bidang Industri dan Pembangunan tersebut, alasan Pemerintah mempertahankan harga jual BBM karena Januari dan Februari 2020 sudah menurunkan harga, itu sangat tidak masuk akal. Faktanya harga minyak dunia terus turun hingga sekarang. Bukan hanya di Januari dan Februari tapi berlanjut hingga akhir April 2020.
Bahkan, lanjut legislator Dapil III Provinsi Banten tersebut, penurunan harga minyak dunia semakin tajam. “Klaim harga BBM di Indonesia kita relatif murah dibanding harga BBM negara ASEAN lain juga tidak tepat. Sebab harga BBM kita hanya lebih murah dari Singapura dan Laos saja. Sementara dibandingkan dengan negara ASEAN lain, harga BBM kita masih lebih mahal,” tegas Mulyanto.
Bahkan jelas laki-laki bergelar Doktor lulusan Tokyo Institute Technology (Tokodai) Jepang itu, hal tersebut juga disampaikan saat rapat kerja secara virtual dengan Menteri ESDM, Arifin Tasrif didampingi Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati, Senin (4/5).
Mulyanto membandingkan harga BBM Ron 95 yang oleh Pertamina dijual seharga Rp 9.650/liter, di Malaysia dijual hanya dengan Rp 4.299/liter. Sedangkan di Myanmar dibanderol Rp 4.056/liter. Harga solar CN15. di Indonesia dijual Rp 10.200/liter, sedangkan di Malaysia hanya Rp4.815/liter dan di Myanmar hanya Rp 4.610/liter.
Melihat perkembangan harga minyak dunia sekarang dan kondisi rakyat yang berada dalam kesulitan, sudah sepantasnya Pemerintah Indonesia menurunkan harga BBM untuk yang ke-3 kalinya. Permintaan ini sangat wajar dan obyektif karena negara lain di ASEAN sudah melakukan penyesuaian harga seiring perubahan harga minyak dunia.
“Tidak ada alasan yang logis dapat dikemukakan Pemerintah untuk tetap mempertahankan harga BBM seperti sekarang ini atau gunakan strategi wait and see hingga Juni 2020. Karena akan menimbulkan spekulasi di tengah masyarakat. Pemerintaj juga tidak boleh berdagang dengan masyarakat,” demikian Dr H Mulyanto M.Eng. (akhir)