Berdamai Dengan Alam Mengantisipasi Bencana

  • Whatsapp

Artikel ini sengaja kami muat ulang supaya kita sadar bahwa bencana banjir bandang awal tahun yang menimpa kota Bogor dan Jakarta, sebagai peringatan bagi kita semua.

Wilayah Indonesia sebagian besar memang rawan bencana, secara geologis letak Indonesia dilalui jalur dua pegunungan muda dunia yaitu pegunungan Mediterania disebelah barat dan pegunungan Sirkum Pasifik disebelah timur. Menyebabkan Indonesia memiliki banyak gunung merapi yang aktif yang rawan menimbulkan bencana. Dan bencana lain yang sering terjadi di Indonesia, banjir, kemarau panjang, tsunami, gunung meletus, gempa bumi, dan tanah longsor.

Menurut data dari BMKG yang dijelaskan oleh Kepala BMKG, Prof Dr Dwikorita Karnawati MSc, Indonesia memiliki 342 Zona Musim (ZOM), dan awal musim hujan 2019/2020 diprediksi akan mulai pada bulan Oktober hingga Desember 2019.

Bulan depan kita sudah memasuki musim penghujan, ada kekhawatiran jangan-jangan tahun ini banjir lagi apabila hujannya sangat deras dan berlangsung secara berturut-turut. Kata, hujan dan banjir seakan menjadi pasangan yang serasi, selalu berdampingan dan sulit untuk dipisahkan.

Bencana banjir bandang awal tahun 2020 yang terjadi di Bogor dan Jakarta bukan hanya karena faktor alam saja, namun kerusakan lingkungan yang disebabkan ulah manusia, yakni membuang sampah sembarangan, pengelolaan kota yang tidak baik, resapan air yang semakin menipis, dan alih fungsi hutan lindung.

Banjir bandang adalah salah satu bencana alam yang mengerikan. Tidak seperti banjir yang berupa meluapnya air sehingga menggenangi pemukiman, namun banjir bandang merupakan banjir yang disertai dengan aliran air atau arus air yang sangat deras. Banjir bandang merupakan banjir yang datangnya tiba-tiba atau cukup mendadak dengan disertai aliran air yang deras dan bercampur dengan material-material padat seperti lumpur, sehingga bisa menyeret apa saja yang dilewatinya. Banjir bandang adalah bencana alam yang sangat merugikan, bukan hanya merugikan secara material saja, namun juga seringkali menimbulkan korban jiwa dan dampak pasca banjir yang berupa kerusakan lingkungan.

Begitu juga dengan bencana tanah longsor, yang setiap tahun selalu menghantui kita. Disebabkan adanya pembalakan liar, pembukaan lahan sawit, pertambangan, dan beralihnya fungsi hutan lindung.

Data pemerintah—Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan—merilis deforestasi 2016-2017 sebesar 496.370 hektar, alami penurunan dari periode tahun sebelumnya sekitar 630.000 hektar per tahun. Angka yang tidak kecil mekipun sudah ada penurunan, ini di luar penghilangan hutan dengan terencana alias karena keluar beragam izin.

Mumpung masih ada waktu, dan mumpung belum terlambat bencana banjir melanda kota kita. Mari segera berbenah diri, ubah perilaku ceroboh, dan kurang memperdulikan lingkungan sekitar. Mari kita saling bahu-membahu, bergotong royong membersikan selokan, dan melakukan penghijauan hutan kembali. Jangan egois dengan lingkungan sekitar. Setiap jiwa yang lahir wajib mengganti tanaman untuk penghijauan hutan.

Ada pepatah “mencegah itu lebih baik daripada mengobati”. Melakukan kegiatan pencegahan akan lebih baik sebelum bencana terjadi. Sebelum bencana banjir dan tanah longsor itu tiba, maka sebaiknya kita harus mengantisipasi.

Caranya dengan membudayakan hidup bersih, teratur, dan peduli kepada lingkungan sekitar. Menggalakkan kerja bhakti, gotong royong membenahi saluran air, dan bersih desa. Hal tersebut akan sangat membantu mencegah terjadinya bencana banjir dan tanah longsor.

Pesan kami buat calon Kepala Walikota, calon Bupati, dan saudaraku setanah air dimanapun kau berada. Ayo kita budayakan hidup bersih, cinta lingkungan, dan melakukan reboisasi, penanaman hutan kembali. Buang jauh-jauh egomu, yang hanya mengumbar janji-janji semata, keras kepala dan tidak peduli kepada sesama. Semua bencana yang terjadi adalah berpulang dari diri kita sendiri. Cuma dengan niat baik, dan iktiar yang bisa mengurangi bencana di tanah air. Jika dari awal kita sudah mengantisipasi, maka bencana banjir dan tanah longsor bisa diminimalisir.

Sudah saatnya kita berdamai dengan alam, berhentilah membusungkan dada. Selalu menyalahkan orang lain dan tidak mau berkaca pada diri sendiri. Sekaranglah saatnya untuk berusaha mencegah terjadinya bencana, mengantifikasi perubahan iklim, dan meminimalisir terjadinya bencana banjir dan tanah longsor yang setiap tahun menghantui kita semua. Bagainana pendapat Anda.

Surabaya, 1 Januari 2020

Cak Deky

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com beritalima.com beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *