Oleh: Hariqo Wibawa Satria (Direktur Eksekutif Komunikonten, Pemerhati Media dan Politik)
“SAYA AKAN POTONG KEMALUAN SAYA KALAU JOKOWI BISA MENANG DARI PRABOWO SUBIANTO!! ITU SUMPAH SAYA”.
Sumpah di atas menurut pengguna medsos dan banyak media ditulis oleh Ahmad Dhani Prasetyo lewat twitternya pada 23 Juni 2014. Setelah beberapa pertemuan di Dewan Pers terbukti twit itu editan alias palsu. Ahmad Dhani difitnah.
Sayangnya fitnah sudah menyebar luas, apalagi saat itu ramai-ramainya “perang medsos” antar pendukung Prabowo dan Jokowi menjelang Pilpres 9 Juli 2014. Ahmad Dhani dicaci maki, dihina keluarganya. Bahkan setelah Pilpres, rumah Ahmad Dhani di Pondok Indah didemo sekelompok orang yang menamakan diri Relawan Tuna Rungu.
Mereka menuntut pendiri Dewa 19, Ahmad Dhani segera memotong kemaluannya. “Teganya mereka mengeksploitasi para Tuna Rungu,” kata Ahmad Dhani merespon demonstrasi saat itu.
Sebulan kemudian, delapan media meminta maaf kepada Ahmad Dhani pada 24 Juli 2014 di Dewan Pers. Mereka sepakat memulihkan nama baik musisi kelahiran Surabaya ini. Dewan Pers sebenarnya memanggil 17 media yang merusak nama Ahmad Dhani, namun hanya delapan yang hadir.
Dampak hoax pada Ahmad Dhani belum hilang, bahkan hingga bulan Desember 2018 ini masih ada yang percaya bahwa Ahmad Dhani pernah bersumpah memotong kemaluannya saat Pilpres 2014. Apakah Anda termasuk baru tahu bahwa itu hoax?.
Sekarang kehebohan yang hampir mirip kembali terjadi di Pilpres 2019. La Nyalla (Eks Ketum PSSI) di kediaman Ma’ruf Amin pada 11 Desember 2019 mengatakan “Potong Leher Saya Kalau Prabowo Bisa Menang di Madura” (11/12/2018).
Saya kira ini hoax juga. Rupanya ada videonya dan La Nyalla membenarkan bahwa dirinya mengucapkan janji potong leher yang provokatif itu.
Muncullah banyak konten (tulisan, poster, video) produksi warga merespon La Nyalla, bahkan ada video menampilkan beberapa orang membawa pedang, parang, celurit serta alat tajam lainnya. “Kami siap memotong leher La Nyalla,” ucap orang di video tersebut dengan geram.
Video kekesalan kepada La Nyalla sangat mungkin bertambah, karena La Nyalla dianggap mengancam orang madura. Situasi akan semakin panas jika orang La Nyalla juga membuat video dukungan kepada La Nyalla. Sebaiknya La Nyalla segera meminta maaf serta menarik perkataannya. Bukankah selain humoris orang Madura terkenal pemaaf.
Jika tidak ada teguran dari Tim Jokowi-Maruf maupun Bawaslu, maka perbuatan La Nyalla akan dicontoh politisi atau figur publik lainnya. Tidak menutup kemungkinan dukungan terhadap Jokowi-Maruf semakin turun karena provokasi ini.
La Nyalla harusnya malu pada Mahfud MD yang asli Madura. Meskipun dirinya dikecewakan Jokowi dan timnya, tetapi Mahfud MD justru mengkampanyekan Gerakan Pilpres Ceria dalam banyak kesempatan.
“Jadi (pilpres) harus kita lakukan dengan ceria dan persaudaraan untuk akhirnya sama2 mendukung siapa pun yg terpilih,” kata Mahfud MD lewat akun twitternya pada 18 September 2018 lalu.
Kita ingin di Pilpres 2019 ini dan pemilu-pemilu berikutnya tidak ada lagi orang terkenal yang bersumpah potong ini dan potong itu. Sebab, yang terbayang dari kata potong adalah darah, kekerasan serta kepongahan.
Bersumpahlah untuk kepentingan nasional seperti Gajah Mada yang bersumpah tidak bersenang-senang sebelum Nusantara bersatu, atau seperti Bung Hata yang bersumpah tidak akan menikah sebelum Indonesia merdeka.
Depok, 18 Desember 2018