Beri Kuliah Umum di UWK Surabaya, Menteri Perdagangan Banyak Ditanya Soal Impor

  • Whatsapp
Menteri Perdagangan RI, Drs Enggartiasto Lukita, saat mengisi kuliah umum di UWK Surabaya, Selasa (26/2/2019).

SURABAYA, beritalima.com – Universitas Wijaya Kusuma (UWK) Surabaya kembali menggelar kuliah umum. Kali ini, Selasa (26/2/2019), tema yang diambil “Prospek dan Tantangan Perdagangan Indonesia Pasca Revolusi Industri 4.0”, dengan pemateri Menteri Perdagangan RI, Drs Enggartiasto Lukita.

Tidak kurang dari 300 dosen dan mahasiswa hadir di acara yang dibuka Rektor UWK, Prof.H.Sri Harmadji dr.Sp.THT-KL(K), ini. Di sesi tanya jawab, mereka antusias menanyakan berbagai kebijakan pemerintah, terutama terkait import komoditas pangan.

Enggartiasto mengatakan, untuk stabilitas harga dan ketahanan kebutuhan bahan pangan, pemerintah memang tidak bisa menghindari import. Dan diakui, di tahun 2018 kemarin total impor lebih besar dibanding eksport. Padahal, lanjutnya, pihaknya sudah berusaha mempersulit permohonan ijin import, dan sebaliknya lebih mempermudah ijin eksport.

“Ijin eksport sehari bisa selesai, sedangkan untuk import ijinnya bisa panjang,” ujarnya.

Enggar menyebutkan, kedelai untuk bahan pembuatan tahu dan tempe 93% di antaranya masih import. Kapas untuk tekstil juga masih import. Demikian pula beras, menurut Enggar, juga harus import karena stok beras di Gudang Bulog hanya sekitar 100.000 ton.

“Kalau beras cadangan di Bulog cuma di bawah 1 juta ton kita tidak berani untuk tidak import. Bahaya. Bisa caos kalau rakyat kelaparan,” ujarnya.

Demikian pula buah-buahan, apel misalnya, juga masih impor, karena menurutnya soal rasa. Lebih dari itu, sebagaimana yang disayangkan seorang penanya, kenapa harga apel import justru lebih murah dibanding harga apel lokal.

Menteri Perdagangan RI, Drs Enggartiasto Lukita (tengah), bersama Rektor UWK, Prof.H.Sri Harmadji dr.Sp.THT-KL(K), dan Ketua Yayasan UWK, Drs Soedijatmiko MM.

Selain memaparkan semua itu, Enggar juga mendoron generasi millenial untuk siap menghadapi era revolusi digital dengan pintar menangkap peluang. Mereka diminta memanfaatkan peluang perekonomian global.

“Menjadi bagian ketidakpastian dalam perdagangan dunia ini harus kita antisipasi. Kita harus bisa mencari peluang dengan memanfaatkan teknologi digital dalam perdagangan melalui online,” ujar menteri yang sebelumnya politisi Partai Nasdem ini.

Menurutnya, peluang usaha kelompok millenial dapat dilihat dari lingkungan untuk diterapkan melalui online. Dia mencontohkan produk mie, olahan kripik, makanan tradisional, dan kerajinan, kini dipasarkan secara online.

“Penjualan online itu promosi paling murah dan tidak perlu biaya sewa toko. Penjualan secara offline dikombinasikan dengan penjualan online tentu dapat meningkatkan omset,” terangnya.

Dikemukakan, saat ini pemerintah menekankan pada Sumber Daya Manusia sebagai prioritas setelah pembangunan infrastuktur. “Peranan perguruan tinggi sangat penting untuk mengisi semua itu,” pungkasnya. (Ganefo)

beritalima.com beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *