Bengkulu, beritalima.com | Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah berencana akan menggandeng koperasi-koperasi pertanian untuk sementara waktu menampung hasil karet para petani.
Hal tersebut menanggapi keresahan masyarakat khususnya petani karet di Provinsi Bengkulu terkait rencana tutupnya pabrik pengolahan karet PT. Batanghari Bengkulu Pratama dan pengolahan CPO PT. Bio Nusantara Teknologi per tanggal 1 April 2020.
“Nanti akan kita bicarakan lebih lanjut dengan koperasi dan pihak perbankan terkait insentif ekonomi seperti apa yang bisa diberikan agar karet dari perkebunan rakyat ini tetap bisa dibeli,” jelas Gubernur Rohidin usai gelar rapat koordinasi bersama Bupati dan Wakil Bupati serta jajaran Pemerintah Bengkulu Tengah, Pemerintah Bengkulu Utara, Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (GAPKINDO) mewakili PT. Batanghari Bengkulu Pratama , dan perwakilan PT Bio Nusantara Teknologi di pemprov Bengkulu, Senin (30/03).
Ini dilakukan, tambah Rohidin, tentu dengan disertai perjanjian dengan industri pengolahan karet untuk mengambil bahan baku yang sudah ditampung ketika perusahaan kembali beroperasi.
Sebelumya dijelaskan oleh Sekretaris Eksekutif Gapkindo Rusbandi, penutupan operasional pabrik PT. Batanghari Bengkulu Pratama sementara waktu tersebut dikarenakan terhentinya permintaan komoditas karet dari negara tujuan eksport akibat dampak dari wabah Covid-19 sehingga berdampak pada pemasukan perusahaan yang tidak mampu lagi melakukan produksi dan pembelian bahan baku karet dari para petani.
“Produk kita itu adalah SIR 20 yang peruntukannya untuk pabrik ban. Pabrik ban di negara tujuan eksport saat ini produksinya terhenti dampak dari wabah Covid—19 yang melanda dunia. Karena berhenti beroperasi berarti tidak perlu memasok bahan baku sehingga berimbas pada eksport dari pabrik pengolahan karet salah satunya PT. Batanghari Bengkulu Pratama,” jelas Rusbandi.
Penurunan permintaan bahan baku dari pabrik di negara tujuan eksport ini lanjut Rusbandi sudah berlangsung sejak Desember 2019 saat wabah Corona menyerang Wuhan, China.
PT. Batanghari yang biasanya setiap bulan mengeksport dua ribu ton hingga bulan lalu hanya mampu mengirim tidak lebih dari lima ratus ton. Sehingga hal tersebut berdampak pada penumpukan hasil produksi dan bahan baku sehingga perusahaan tidak mampu lagi membeli karet dari para petani.
Disampaikannya, perusahaan akan kembali beroperasi jika pabrik-pabrik ban mulai beroperasi dan melakukan pembelian bahan baku kembali dan diprediksi paling lama akan terjadi mulai Juni mendatang.
Sementara penutupan operasional PT. Bio Nusantara Teknologi dijelaskan pihak perusahaan akibat sulitnya mendapatkan bahan baku (tandan buah segar) sawit sehingga melalui pertimbangan yang matang diputuskan untuk berhenti beroperasi.
Diharapkan dengan tutupnya PT. Bio ini memberikan kesempatan kepada pabrik CPO lain agar dapat lebih berkembang. (rd)