beritalima.com | Setiap manusia memiliki perjuangannya masing-masing. Ada yang berjuang untuk sembuh melawan penyakit, berjuang mencari nafkah untuk keluarga, berjuang menempuh pendidikan, dan masih banyak lagi bentuk perjuangan lainnya.
Perjuangan yang saya lakukan salah satunya. Setelah lulus Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), saya berkeinginan untuk kuliah. Jalur SBMPTN pun dibuka, saya mendaftar dan mengikuti ujian tersebut. Akibat lamanya menunggu pengumuman SBMPTN, akhirnya saya mengikuti ujian mandiri UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Saya mengikuti ujian mandiri karena tidak percaya diri dengan hasil SBMPTN. Benar saja, ketika pengumuman SBMPTN, saya dinyatakan tidak lulus. Rasa sedih memang menghampiri, tetapi saya ikhlas menerimanya karena masih punya kesempatan di ujian mandiri UIN.
Akibat ditolaknya SBMPTN, saya pun menjadi lebih giat lagi belajar untuk lulus di ujian mandiri. Terdapat dua ujian mandiri untuk bisa diterima di UIN Syarif Hidayatullah, UMPTKIN dan SPMB Mandiri UIN namanya. Saya mengikuti kedua jalur tersebut agar mempunyai banyak harapan. Waktu pelaksanaan dan juga pengumuman seleksi UMPTKIN dan SPMB berbeda dua minggu.
Tibalah waktu pengumuman. Di jalur UMPTKIN, saya dinyatakan tidak lulus seleksi. Rasa kecewa lagi-lagi menghampiri saya. Pengharapan terakhir saya, hanya di jalur SPMB. Ketika pengumuman SPMB tiba, rasanya saya tidak mau melihat hasilnya. Deg-degan dan rasa takut terus menggebu. Saya takut sekali mengecewakan orang tua saya lagi apabila tidak juga lulus. Ketika saya melihat hasilnya, benar sekali rasa kecewa itu datang lagi. Ya, saya tidak lulus lagi.
“Tidak apa-apa kak, nanti kita coba yang lain lagi ya,” ujar Mamah. Ucapan Mamah memang untuk membangkitkan semangat saya agar berjuang di kesempatan lain. Tetapi di sisi lain, semakin membuat saya merasa terpuruk karena sudah berkali-kali mengecewakannya. Lelah sekali rasanya. Bingung dan pasrah harus berjuang seperti apa lagi.
Batin saya ingin teriak sekencang-kencangnya. Namun, semua hanya bisa dipendam. Air mata pun tidak saya biarkan jatuh. Saya tidak mau terlihat lemah di depan orang tua. Iri rasanya melihat teman-teman yang sudah diterima di universitas negeri yang mereka inginkan. Mungkin memang bukan jalan saya untuk kuliah universitas negeri. Apakah Tuhan punya rencana lain?
Melihat dibukanya jalur mandiri di Politeknik Negeri Jakarta, membuat saya berkeinginan untuk mencoba berjuang lagi. Saya ingat ada yang pernah bilang kegagalan yang sesungguhnya adalah saat kita menyerah dan berhenti untuk mencoba. Akibat tidak mau dikatakan gagal, saya pun mencoba mendaftar dan mengikuti ujian lagi. Saya belajar lebih tekun agar hasilnya maksimal.
Waktu pengumuman tiba, saya pasrah menerima hasilnya. Jika ditolak lagi, sudah tidak terlalu sakit rasanya. Mungkin, akibat terlalu sering mengalami kegagalan dan kekecewaan.
Apapun hasilnya, harus saya syukuri. Ketika membuka pengumuman tersebut, ternyata nama saya terdaftar sebagai orang yang lulus seleksi. Lemas dan lega sekali rasanya ketika mengetahui hal itu.
Ya, mungkin jalan tersebut yang sudah Tuhan siapkan untuk saya. Pelangi muncul setelah adanya hujan. Begitulah kehidupan, segala yang indah tidak mudah didapatkan secara instan. Perlu kesabaran dalam berproses dan keyakinan bahwa dapat sampai ke tujuan. Kecewa dan kegagalan dalam hidup memang akan terjadi. Namun, teruslah berjuang sampai keberhasilan itu datang.
(Amalia Amriati Fajri)