beritalima.com – “Ibuku sayang masih terus berjalan/walau tapak kaki,penuh darah,penuh nanah/seperti udara,kasih yang engkau berikan/tak mampu ku membalas…ibu” Sepenggal bait lagu yang dibawakan oleh Iwan fals,menggambarkan,perjuangan wanita yang tangguh berjuang demi buah hatinya,tak kenal lelah dan berkeluh kesah semua ibu jalani dengan keikhlasan hatinya.
Ibu yang mewarisi darah Batak yang kerap berbicara dengan nada lantang sudah menjadi ciri khasnya.Bagiku ia merupakan panutan karena sifat rendah hati dan pantang menyerah yang selalu ia tanamkan sejak dini.Jika,diibaratkan bagunan ibu adalah dinding sebagai penyanggah yang kuat agar rumah tetap berdiri kokoh.
Sesudah menamatkan SMA,Ibu bekerja sebagai admin di rumah sakit,Saat bertemu ayah dan menikah ibu memilih untuk merantau ke Jakarta untuk mengubah nasib.Ibu yang hanya mengantongi ijasah SMA memilih untuk menjadi pedangang sembako yang saat itu sudah memomong anak pertama yaitu abangku yang kini menjadi pegawai bank.
Ibu pernah bercerita,saat aku dikandungan dokter sudah memvonis harus melakukan tindakan operasi sesar yang kala itu membuat tegang bercampur sedih tampak diwajahnya.Hanya dengan berpasrahkan diri dan bermunajat doa kepadaNya yang mampu ia lakukan.Ternyata doa ibu dikabulkan hingga aku bisa lahir dengan sehat dan selamat tanpa mengores jahitan sedikitpun diperutnya.
Ibu merupakan guru terbaik dalam hidupku,mengajarkanku untuk mengucap alfabet meski terbata-bata,berhitung,dan melatihku untuk mengaji dan sholat saat usiaku masih belia.ia selalu sabar mengulang kata perkata yang sulit kuucap.Ibu akan marah saat aku malas untuk belajar dan acapkali jarinya mencubit lenganku tetapi aku paham yang ia lakukan demi masa depanku.
Tak mudah bagi ibu membesarkan keempat anaknya dengan tingkah laku yang beragam.Terkadang aku merasa dianak tirikan saat apa yang kumau tak diturutinya,padahal ia selalu berusaha yang terbaik bekerja keras menyisihkan uangnya untuk membeli apa yang kuharapkan.Ia selalu mengesampingkan keinginannya hanya untuk membuatku bahagia.
Saat aku beranjak dewasa,ibu lebih sering mengawatirkanku saat aku pulang malam bahkan hampir setiap saat ia selalu menelponku saat aku sedang asik bermain dengan temanku,Terkadang aku geram dan marah tak terkendali kulontarkan ke ibuku karena aku sering diejek oleh temanku dengan sebutan anak mami.
Acapkali aku meminta maaf karena omonganku yang tidak sopan padanya.Ibu selalu membuka pintu maaf bagi anak-anaknya yang terkadang menyakitinya.Ia selalu menasihati aku untuk lebih memahami bahwa yang ia lakukan semata-mata demi kebaikanku untuk tidak terjerumus pada pergaulan bebas.
Ibu merupakan sosok yang tulus dan pemaaf.Ia rela banting tulang hanya untuk melihat buah hatinya lebih beruntung dari nasibnya.Ibu pun pendamping yang tepat untuk ayah,ia setia menemani jatuh bangunnya usaha yang mereka jalani dari bawah.Aku beruntung terlahir dari rahimmu,ibu.
Terima kasih ibu telah merawat dan menjagaku sampai beranjak dewasa.Aku tahu seberapapun kekayaan yang kumiliki nanti tak akan mampu membalas seluruh jasa dan pengorbananmu selama ini.Aku akan terus berusaha menjadi anak berbakti dan bisa menjadi kebangganmu kelak ibu.
Jamilah mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta
JURUSAN TEKNIK GRAFIKA DAN PENERBITAN
POLITEKNIK NEGERI JAKARTA