SURABAYA, beritalima.com | Ketua Tim Penggerak (TP) Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Provinsi Jawa Timur Arumi Bachsin Emil Dardak mengajak para kader PKK untuk waspada terhadap gizi buruk pada anak. Mengingat, gizi buruk seringkali menjadi penyebab angka stunting terus bertambah.
Menurut Arumi, diperlukan peningkatan kualitas kader dalam edukasi dan penyampaian informasi kepada masyarakat. Sebab, untuk membangun kesadaran terhadap pentingnya gizi maupun pola hidup sehat, memang dibutuhkan intervensi langsung.
“Kita harus intervensi langsung pada keluarga yang sekiranya punya pola hidup kurang baik. Maka dari itu, perlu peningkatan kapasitas kader-kader dalam melaksanakan edukasi dan penggerakan masyarakat. Karena pergerakan masyarakat tidak akan lepas dari kemampuan penyampaian atau komunikasi kepada mereka,” ujarnya saat membuka Rapat Pertemuan Kader dalam rangka Pencegahan Stunting, Penurunan AKI dan AKB di Hotel Alana, Surabaya, Senin (23/5).
Arumi menjelaskan, peningkatan kualitas ini penting karena tingkat prevalensi stunting Indonesia maupun Jatim masih di bawah standar WHO 20%. Di mana, pada 2021, jumlah kematian bayi berjumlah 3.330 bayi dengan tingkat prevalensi stunting 23,5%.
“Sebenarnya ini sudah lebih baik daripada tingkat prevalensi stunting nasional. Angka ini juga sudah turun dari yang sebelumnya sekutar 26%. Tapi ini tetap harus digenjot lagi agar memenuhi standar WHO untuk Indonesia,” terangnya.
Lebih jauh, istri Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak itu mengatakan bahwa permasalahan ini harus segera diselesaikan. Sebab, tingkat stunting akan berdampak pada Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang berindikator 3 dimensi. Yakni umur panjang dan sehat, pengetahuan, serta standar hidup yang layak. “Selain itu, setiap satu nyawa dari anak-anak kita itu tentunya berharga,” imbuhnya.
Selain itu, Arumi menerangkan betapa seorang ibu memegang kunci dalam sukses tidaknya upaya penurunan stunting yang gencar dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Jatim. “Kunci keberhasilan dari proses ini adalah pengetahuan ibu dalam menyiapkan dirinya melahirkan anak yang sehat dan juga selamat, serta mengasuh anak dengan gizi yang optimal. Maka kita juga harus fokus pada kesehatan dan mental ibu,” tambahnya.
Meski begitu, Arumi mengingatkan bahwa faktor eksternal seringkali berubah secara drastis. Oleh karenanya, para kader harus dapat menyesuaikan apa yang mereka pelajari dengan kondisi yang ada di lapangan.
“Yang terjadi di sekitar kita sering berubah. Kita masih dihadapkan dengan pandemi yang berkepanjangan dan sekarang sudah disambut oleh hepatitis akut. Ini jelas mengubah cara kita hidup. Inilah mengapa teori yang kita ketahui harus tetap update dengan perubahan di sekitar kita,” katanya.
Di akhir, Arumi berharap agar rapat pertemuan kader ini dapat memberikan bekal pengetahuan teknik sederhana. Agar ilmu tersebut bisa diaplikasikan kepada masyarakat.
“Insya Allah, dengan meningkatnya kemampuan ini, peranan kader PKK dapat lebih optimal lagi dan berdampak dalam mendukung percepatan penurunan AKI dan AKB serta pencegahan stunting di Jatim,” pesannya.
(red)