KUPANG, beritalima.com – Bank Indonesia NTT dan Pemerintah Provinsi NTT membahas pengendalian harga daging dan telur ayam ras dalam kegiatan Focus Group Discussion (FGD), Jumat (1/2).
FGD yang difasilitasi KPw BI Provinsi NTT dipimpin Naek Tigor Sinaga, Kepala BI Provinsi NTT dan dihadiri Lucky (Bappeda/Tim NTT Bangkit), Samuel Rebo, Kepala Dinas Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP), Dr Lery Rupidara Kepala Biro Kerjasama, Johny Waleng Biro Perekonomian, Tay Renggi Dinas Peternakan, Windi Dinas Perindustrian dan Frangky Telupere-Akademisi Undana.
Naek Tigor Sinaga saat membuka kegiatan mengatakan, daging ayam ras selalu menjadi komoditas pangan penyumbang inflasi tertinggi di NTT pada tengah tahun (Idul Fitri dan liburan sekolah) serta akhir tahun (Natal dan Tahun Baru) di NTT. Bulan Desember 2018, Daging ayam ras menyumbang 0,44% dari inflasi Desember yang sebesar 1,84%. Selain menjadi pendorong inflasi, level harga daging ayam ras di NTT juga relatif lebih tinggi dibanding daerah lainnya.
Peserta FGD mengamini hal tersebut dan menyampaikan bahwa salah satu alasannya adalah belum adanya industri pakan ternak, sehingga perlu mendatangkan dari daerah lain. Akibatnya harga daging ayam juga otomatis ikut terdorong naik.
Lucky menambahkan, jumlah produksi daging ayam ras di NTT saat ini baru mencukupi 40% kebutuhan masyarakat. Bahkan untuk telur ayam, masih di bawah 1%, sehingga Pemerintah Provinsi sangat concern untuk melakukan pengembangan. Selain itu, juga membuka peluang untuk ekspor ke negara tetangga Timor Leste mengingat kebutuhan daging ayam ras negara tetangga sekitar 80% didatangkan dari Brazil. Terkait kurangnya ketersediaan jagung sebagai bahan baku utama pakan ternak, Lucky menyebutkan disebabkan belum adanya pull factor bagi petani yaitu industri pakan ternak sehingga dengan hadirnya industri pakan ternak maka produksi jagung akan meningkat dengan sendirinya. Percepatan Industri Pakan Ternak dan Breeding Farm merupakan salah satu program prioritas yang tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi NTT Tahun 2019 – 2023.
Windi, Dinas Perindustrian Provinsi NTT, menyebutkan bahwa sebetulnya Pemerintah Provinsi sudah memiliki Roadmap Pengembangan Industri Pakan Ternak pada tahun 2016, namun belum dapat direalisasikan karena terkendala dana. Dinas Perindustrian juga telah melakukan upaya diversifikasi pakan ternak dengan bahan-bahan seperti kakoa dan kelapa untuk mengantisipasi kurangnya produksi jagung di Provinsi NTT.
Tay Renggi, Dinas peternakan Provinsi NTT, menyampaikan pula beberapa permasalahan terkait Percepatan Industri Pakan Ternak dan Breeding Farm di NTT,. Pihaknya telah melakukan pendekatan kepada perusahaan daging ayam ras dan pakan ternak namun terkendala kurangnya produksi komoditas jagung yang menyebabkan perusahaan enggan mendirikan industri tersebut di NTT. Namun saat ini salah satu Perusahaan mulai menjajaki untuk mendirikan breeding farm di Sumba. Selain itu menanggapi solusi untuk mengurangi biaya pakan ternak dengan penggunaan ruang tol laut, Tay renggi menyampaikan dikarenakan spesifikasi kapal tol laut itu tidak memungkin untuk menggunakan container sehingga biaya bongkar muat di pelabuhan menjadi lebih mahal. Pembentukan Tim Percepatan Industri Pakan ternak dan breeding farm yang terdiri dari Pemerintah Provinsi NTT, Akademisi dan Pelaku bisnis dirasakan sangat penting untuk segera dilakukan agar Industri Pakan Ternak dan Breeding Farm di NTT dapat segera terwujud..
Dari pandangan akademisi, industri pakan urgent untuk dibangun agar dapat menyediakan pakan ternak murah bagi masyarakat, sehingga mendorong tumbuhnya peternak mandiri.
Menyikapi hal tersebut, pembahasan hangat FGD dengan banyaknya masukan dari masing – masing pihak masukan catatan, dalam jangka pendek, yakni 1) pemanfaatan Kapal Tol Laut untuk mengangkut pakan ternak; 3) Edukasi kepada masyarakat untuk mengonsumsi daging ayam ras beku sebagai subtitusi; 3) mengusulkan pembentukan Tim Percepatan Industri Pangan dan Breeding Farm. Sedangkan dalam jangka menengah dan panjang yakni melakukan kajian/feasibility study terkait pembangunan industri pakan dan breeding farm, menjajaki dan mengundang investor industri pakan dan breeding farm.
Bank Indonesia secara kontinu akan terus mendukung upaya pemerintah daerah untuk mendorong industri pakan dan breeding farm dapat terwujud. (L. Ng. Mbuhang).