SURABAYA, beritalima.com | Mendorong optimalisasi potensi dan memperkuat resiliensi ekonomi Jawa Timur, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jawa Timur berkolaborasi dengan Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Surabaya serta Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga menggelar kegiatan bertajuk Jatim Talk di Hotel The Westin Surabaya, Selasa (14/2/2023).
Dengan Tema “Akselerasi Kinerja Ekonomi Jawa Timur di Tengah Peningkatan Ketidakpastian Ekonomi Global”, acara yang merupakan salah satu rangkaian pembukaan dari The 10th East Java Economic (EJAVEC) Forum 2023 ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman stakeholder daerah terkait perkembangan ekonomi Jawa Timur.
Acara yang juga menjadi forum diskusi dalam merumuskan rekomendasi untuk memperkuat resiliensi ekonomi Jawa Timur ini menghadirkan narasumber Prof Dyah Wulansari (Guru Besar FEB UNAIR), David Sumual (Chief Economict Bank Central Asia), Sunarsip Ak ME (Principal & Chief Economist The Indonesia Economic Intelligent), serta Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Timur Muslimin Anwar.
Selain mereka, tampak hadir diantaranya perwakilan diplomatik negara sahabat, Kepala Kanwil DJPb Jatim Taukhid SE M.Sc.IB MBA, Kepala KR4 OJK, Kepala OPD/Instansi Jawa Timur, civitas akdemika, serta asosiasi pelaku usaha.
“Tahun 2023 menjadi momentum yang harus kita jaga untuk mendorong resiliensi dan akselerasi ekonomi Jawa Timur,” kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Timur, Budi Hanoto, dalam Welcoming Remarks-nya.
Dalam lingkup nasional, David Sumual menyampaikan bahwa Indonesia merupakan satu dari sedikit negara yang masih tetap tumbuh kuat di tengah perlambatan global. “Island fortress Indonesia cukup kokoh menahan badai global,” ujarnya.
Optimisme tersebut juga tercermin pada lingkup daerah dengan perkiraan ekonomi Jawa Timur di tahun 2023 yang tetap terjaga tumbuh positif, meskipun termoderasi dibandingkan tahun 2022.
Bank Indonesia Provinsi Jawa Timur menyatakan terdapat 4 key strategies yang diperlukan untuk menopang pemulihan ekonomi Jawa Timur, yakni penguatan peran Jawa Timur sebagai lead export industri manufaktur, penguatan peran Jawa Timur sebagai lumbung pangan Nusantara, penguatan optimalisasi digitalisasi ekonomi Jawa Timur, serta peningkatan inklusivitas ekonomi Jawa Timur melalui pengembangan UMKM, ekonomi syariah, dan pariwisata.
Melengkapi strategi yang disampaikan, Prof Dyah Wulansari turut menekankan bahwa perlu peningkatan ekspor pada komoditi unggulan yang diiringi dengan perluasan wilayah negara tujuan ekspor.
Selain itu, Sunarsip juga mendorong Jawa Timur untuk memperkuat ketahanan ekonomi melalui penguatan nilai tambah sektor manufaktur. “Provinsi Jawa Timur memiliki potensi menjadi pusat industrialisasi baru bagi kegiatan manufaktur, mengingat Provinsi ini memiliki sejumlah lokasi strategis, infrastruktur yang mumpuni, SDM yang handal, serta kecukupan bahan baku,” ungkapnya sebagai kesimpulan dari materi yang disampaikan.
Pada acara Jatim Talk ini Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Timur Budi Hanoto juga menjelaskan secara singkat terkait acara The 10th East Java Economic (EJAVEC) Forum 2023 yang merupakan forum rutin tahunan.
Disebutkan, sejak 2014 EJAVEC telah hadir sebagai forum pembahasan terkait perkembangan perekonomian Jawa Timur yang bertujuan untuk memperoleh masukan pemikiran terhadap perkembangan kondisi perekonomian Jawa Timur beserta peluang, tantangan dan usulan solusi.
Pada tahun ini EJAVEC akan hadir melalui 2 kegiatan besar, yaitu call for paper dengan tema “Mendorong Resiliensi Ekonomi Jawa Timur yang Inklusif dan Berkelanjutan di Tengah Peningkatan Ketidakpastian Global” dan sharia conference sebagai upaya pengembangan ekonomi syariah di Jawa Timur. (Gan)