LUNCURKAN: Direktur Utama Bank NTT, Harry Alexander Riwu Kaho bersama Plt Sekda NTT, Yohana Lisapally, berada di atas panggung pada moment Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan Bali Nusra, Jumat (9/12/2022) Foto: Tangkapan layar pada live streaming youtube.
DENPASAR, beritalima.com – Di tengah ancaman krisis pangan dan energi di tahun 2023, ternyata Bank Indonesia sebagai regulator, melihat ada satu aplikasi yang bisa diandalkan untuk mengendalikan inflasi secara nasional. Dan, aplikasi itu adalah aplikasi B’Pung Petani yang digagas oleh Bank NTT tahun ini.
Aplikasi ini, oleh Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti dalam acara “Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan Bali Nusra yang berlangsung Jumat (9/12/2022) di Denpasar dijadikan model digitalisasi data manajemen usaha tani, dan pengendalian inflasi secara nasional.
Bank Indonesia (BI) menyebut Aplikasi B Pung Petani bisa menjadi kunci tercapainya ketahanan pangan dan kestabilan harga di Provinsi Nusa Tenggara Timur, dan bisa direplikasi oleh daerah lain.
“Aplikasi ini ditujukan untuk mengoptimalkan pemetaan produksi dan distribusi komoditas pertanian di daerah Nusa Tenggara Timur, dan selanjutnya dapat direplikasi daerah lainnya,”ujar Destry Damayanti.
Untuk diketahui bahwa pengembangan aplikasi ini merupakan wujud sinergi antara BI, BPD NTT, dan pemerintah daerah yang akan menghubungkan antara petani, pelaku usaha, dan para pemangku kepentingan dalam mendukung kesinambungan produksi pangan ke depan.
Dalam release resmi Bank Indonesia yang dikutip dari laman www.bi.go.id, disebutkan bahwa pengembangan digitalisasi manajemen data usaha tani menjadi kunci tercapainya ketahanan pangan dan stabilitas harga.
Bank Indonesia dan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Bali Nusa Tenggara (Nusra) memperkuat sinergi dan inovasi Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) melalui aplikasi B’Pung Petani yang ditujukan untuk mengoptimalkan produksi dan distribusi komoditas pertanian di daerah Nusa Tenggara Timur, dan selanjutnya dapat direplikasi daerah lainnya.
Pengembangan aplikasi ini merupakan wujud sinergi antara Bank Indonesia, BPD NTT, dan Pemerintah Daerah yang akan menghubungkan antara petani, pelaku usaha dan pemangku kepentingan dalam mendukung kesinambungan produksi pangan ke depan.
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Destry Damayanti, menyampaikan bahwa GNPIP hadir untuk mengoptimalkan inovasi dalam stabilisasi harga pangan nasional (dari sisi suplai) dan mendorong produksi guna meningkatkan ketahanan pangan, yang lebih terintegrasi serta berdampak.
Diharapkan sinergi bersama dalam menjaga stabilitas harga akan menopang daya beli masyarakat dan pemulihan ekonomi nasional. Dampak dari penguatan sinergi tersebut pun secara nasional sudah terasa, dimana Indeks Harga Konsumen (IHK) November 2022 tercatat sebesar 5,42% (yoy) menurun dari bulan sebelumnya sebesar 5,71% (yoy). Inflasi makanan yang mudah menguap juga turun menjadi sebesar 5,7% (yoy) dari puncaknya di bulan Juli yang sekitar 12%, inflasi inti juga mulai stabil di level 3,30% (yoy) dari bulan lalu yang sebesar 3,31% (yoy).
Dengan berbagai kebijakan dan sinergi penguatan, kami optimis tekanan inflasi akan menurun dan kembali ke sasaran 3,0±1% pada tahun 2023, dengan inflasi inti akan kembali lebih awal pada paruh pertama tahun 2023. Tekanan Kehancuran, “Kita harus dorong sinergi pembangunan digitalisasi data senjata seperti yang telah dilakukan oleh TPID NTT melalui aplikasi B`Pung Petani dalam membangun ketahanan pangan di daerah”.
Selain mendorong digitalisasi, GNPIP Bali Nusra turut menginisiasi penerapan smart farming sesuai dengan tema “Dari Pekarangan Menuju Kestabilan Harga Pangan” yang perlu digaungkan sebagai semangat bersama. Komitmen upaya penguatan sinergitas pengendalian inflasi GNPIP wilayah Bali dan Nusa Tenggara juga ditandai dengan deklarasi pengurangan inflasi pangan oleh Bank Indonesia, Anggota Komisi XI DPR RI, Badan Pangan Nasional, Kementerian Dalam Negeri, Pemerintah Provinsi Bali, NTB, dan NTT. (*)