SITUBONDO, Beritalima.com – Menjadi Seorang bidan desa tentu tidak mudah, apalagi wilayah desa tempatnya mengabdi, masih terpencil dan tertinggal, apalagi harus melewati medan ekstrim yang setiap saat mengancam jiwa. Seperti yang dilakukan Bidan desa didesa Sumberwaru kecamatan Banyuputih Kabupaten Situbondo, dengan penuh kesabaran melayani Masyarakat Labuhan Merak. Jumat (5/5).
Bidan dengan nama lengkap Devina Leni Sunarti , Amd, keb, Sudah delapan tahun mengabdikan dirinya untuk masyarakat labuhan Merak dan sekitarnya dengan tanpa mengeluh, walaupun secara tetorial Daerah labuhan Merak sendiri masih satu daratan ( bukan Kepulauan ) namun untuk mencapai lokasi ke labuhan Merak harus menempuh jalur darat berbatu dan ekstrim selama satu jam.
“Ada dua jalur untuk bisa masuk ke labuhan merak, jalur darat berbatu kadang berlumpur khusus musim kemarau, namun jika musim hujan lewat laut, dengan jarak tempuh sekitar satu jam juga, tapi resikonya jika gelombang laut tinggi,” Ujar Suliman tukang ojek yang memandu tim beritalima.com saat kelokasi menyaksikan bidan leni bekerja.
Kepada Beritalima.com Bidan leni menceritakan suka duka selama delapan tahun mengabdi untuk masyarakat labuhan Merak sampai Balanan yang dihuni 363 KK dan 1.350 Jiwa, yang terisolir karena dikelilingi kawasan Taman Nasional Baluran, sehingga untyk mencapai lokasi terkadang jatuh atau mendorong motor ojek karena terjebak lumpur atau kesulitan melintasi bebatuan gunung.
“Saya kekampung Merak ini dua kali dalam seminggu, tapi jika saya di jemput warga karena ada yang sakit atau mau melahirkan walau tengah malam pun saya tetap berangkat, kalau dibilang berat tugas ya pasti berat, andai dalam perjalan ditengah hutan kemudian saya dibunuh ya selesai mas karena gak ada saksi,”Ucapnya bercanda saat di tengah sambil mendorong motor yang ditumpanginya karena terjebak lumpur.
Menurut Bidan Leni jalur darat maupun laut sama – sama membahayakan, jika jalur laut bahayanya gelombang tinggi, karena perahu yang biasa ke kampung labuhan merak sangat kecil, sementara ombaknya kadang mencapai 2 meter, untuk jalur darat harus melalui jalur ekstrim sepanjang 20 kilometer, dengan kondisi menorobos Hutan kawasan Taman Nasional, yang terkadang di malam hari.
“Tujuan saya cuma satu, mengabdi untuk masyarakat dimanapun saya ditugaskan, terlebih di labuhan merak ini, dimana mereka sangat – sangat kesulitan untuk bisa mendapatkan akses kesehatan maupun pendidikan, jika ada warga yang sakit tak jarang mereka hanya menunggu saya datang seminggu kemudian, karena sarana telekomunikasi di sini juga tidak ada sinyal, sering saya menyaksikan warga melahirkan atau meninggal saat dalam.perjalanan menuju puskesmas,”Tutur Bidan Leni Sambil terisak di samping pasien tak mampu yang sudah sebulan sakit dan harus dirujuk ke puskesmas.
Ketua RT 2 RW 11 Nurhawi (42) bersama beberapa warga lainnya saat diwawancara mengatakan jika sosok Bidan Leni ibarat Dewi Penolong bagi ribuan warga yang menghuni sekitar 355 hektar labuhan merak. karena selama delapan tahun Bidan Leni melayani masyarakat tanpa pamrih.
“Angka kematian bayi maupun dewasa di daerah kami menurut selama tujuh tahun terakhir, bahkan jika kami jemput tengah malampun Bu bidan tidak pernah menolak, bahlan dalam melayani kami Bu bidan tidak pernah minta imbalan atau gratis,”Ujarnya.
Disela – sela istirahat menempuh perjalanan tak henti – hentinya Bidan Leni mengungkapkan Harapannya. Bidan Leni berharap peran Pemerintah daerah maupun pemerintah pusat, agar duduk bersama dengan Pihak Taman Nasional Baluran Agar akses jalan masuk atau mendirikan Bangunan untuk kesehatan dan Pendidikan bisa dipermudah untuk Ribuan masyarakat dengan slogannya” Memanusiakan Manusian ” (JOE).