JAKARTA, Beritalima.com– Anggota Komisi IV DPR RI dari Dapil II Provinsi Sulawesi Selatan, Dr H Andi Akmal Pasluddin meminta Pemerintah pimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi) agar menahan ide hasil food estate untuk ekspor.
Soalnya, kata Andi Akmal dalam keterangannya di Jakarta, Rabu (2/6) pagi, kebutuhan dalam negeri sangat banyak dan selama ini pemenuhannya dari impor. Terbukti di kuartal I tahun ini, data BPS menunjukkan impor berbagai komoditas pangan cukup besar mulai dari garam, gula, kedelai, jagung hingga bawang putih.
“Kita doakan Food Estate ini berhasil. Apapun hasilnya, jangan sampai ada ide untuk ekspor dulu. Kebutuhan dalam negeri masih banyak yang mesti di tambal jangan sampe devisa menguap begitu saja akibat impor. Itupun kalo food estate berhasil ya,” tutur Akmal.
Anggota Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini menjabarkan, di kuartal I tahun ini, impor garam 379.910 ton, gula 1,93 juta ton, kedelai 699.730 ton, Jagung 379.910 ton, dan bawang putih 53.536,9 ton. Semua komoditas ini melaju naik baik tiap bulannya atau dibandingk kuartal I periode sama tahun sebelumnya.
Dijelaskan, karena sifat food estate berbeda dengan program lumbung pangan yang pernah ada, target penyediaan panganpun semakin lengkap termasuk pemenuhan pangan sumber protein, yakni dari peternakan atau perikanan.
Food Estate bersifat multikomoditas yakni menggabungkan antara peternakan, pertanian dan tanaman hortikultura kadang di tambah perikanan. Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan mengarahkan anggaran yang beragam dan cukup besar pada komoditas sapi.
Ini wajar karena memang sapi merupakan sumber protein yang vital untuk mengatasi stunting. Namun, dengan ada food estate, dan dukungan Anggaran Biaya Tambahan (ABT) di dirjen PKH Rp 18 milyar, hingga saat ini impor daging sapi masih terus berlangsung.
“Saya sangat berharap, 2022 dengan pagu indikatif PKH sekitar Rp 1,85 triliun dapat memberi dampak positif pengembangan peternakan sapi baik dari sisi jenis maupun dari sisi luasan wilayah,” ungkap Andi Akmal.
Dia beranggapan, selama masih ada kebutuhan dalam negeri yang kurang, ditambah niat para pemburu rente, impor komoditas pangan ini akan terus berlanjut.
“Saya bukan pesimis dengan food estate. Namun, alangkah bagusnya bila Food Estate memang memberikan hasil positif buat masyarkat Indonesia yang dapat di rasakan secara langsung di lapangan maupun berdampak pada keuangan negara.”
Di lapangan masyarakat merasakan komoditas dalam negeri yang berkualitas dengan harga yang terjangkau. “Dari sisi negara, tidak banyak uang dari Indonesia ke luar negeri yang membuat negeri ini hanya sebagai obyek pasar semata,” demikian Dr H Andi Akmal Pasluddin. (akhir)