BOGOR, Beritalima.com | Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto mengungkap sejumlah penyebab melonjaknya kasus Corona yang membuat Kota Bogor kembali masuk dalam zona merah (daerah berisiko tinggi). Bima Arya menyebutkan, selain lemahnya sistem 3T (Tracing, Testing dan Treatment), juga disebabkan masyarakat yang semakin abai dengan protokol kesehatan.
“Warga semakin abai, warga semakin cuek seolah-olah situasinya biasa. Kita melihat bahwa ancaman terbesar adalah ketika warga menganggap Covid-19 ini adalah flu biasa. Ini bukan flu biasa,” ujar Bima dalam keterangan persnya, Jumat (5/2/2021).
Bima menyebut, ada sekitar 450 RW dari 797 RW yang ada di Kota Bogor berstatus zona merah. “Kita akan fokus di RW-RW ini untuk memastikan bahwa di sini 3T dilakukan secara maksimal.
“Jadi, di wilayah-wilayah ini TNI/Polri, aparatur Pemkot, bersama warga, akan betul-betul fokus untuk mengawasi prokes dan juga proses isolasi,” katanya.
Tak hanya itu, Bima Arya juga menyebutkan penguatan karantina di sini adalah tidak memilih model lockdown kota.
“Karena dari awal saya sampaikan bahwa tidak bisa lagi kita lockdown, kita fokus konsisten untuk melakukan peningkatan pengawasan dan kapasitas di wilayah,” ungkapnya.
Maka dari itu, kata Bima Arya, perlu dibuat kebijakan PSBB skala mikro yang diberlakukan secara fokus dan ketat.
Selain pengurangan mobilitas warga, kebijakan tersebut juga fokus terhadap penguatan karantina dan pembatasan aktivitas warga di RW Zona Merah, serta penguatan kapasitas 3T.
“Harus kita akui ada kelemahan dalam sistem yang kita miliki, kelemahan sistem 3T, tracing, testing dan treatment. Karena jumlah SDM kita tidak mampu untuk mengimbangi lonjakan kasus,” kata Bima Arya.
Sebab, lanjut dia, kasus harian dalam sepekan terakhir lonjakan positif Corona di Kota Bogor di atas 100.
Kita evaluasi secara mendasar. Kami terus tingkatkan kapasitas 3T dengan akan merekrut surveillance. Saat ini kita memiliki 168 orang. Secara bertahap kita akan rekrut mungkin bisa 300-400 orang lagi yang akan disebar di Puskesmas untuk melakukan peningkatan kapasitas surveillance,” ungkap Bima.
Tak hanya itu, kata Bima, pihaknya akan meningkatkan untuk kapasitas testing dan treatment, menambah tempat isolasi.
“KIta sudah punya RS Lapangan, tapi on progres ada beberapa gedung instansi pemerintah yang sedang kita siapkan untuk isolasi orang tanpa gejala,” tambahnya.
Fredi Andi, Beritalima.com