SURABAYA, beritalima.com – Empat dosen Universitas Surabaya (Ubaya) mendapatkan Paten atas penelitian yang berjudul Proses Pembuatan Biodiesel Melalui Reaksi Simultan Ozonolisis dan Transesterifikasi dari Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.
Keempat dosen Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik itu Prof. Ir. Lieke Riadi, Ph.D, Edy Purwanto, ST., M.Eng.Sc, Aloysius Yuli Widianto, S.T., DEA, dan Lie Hwa, ST, MT. Mereka membuat biodiesel berbahan baku minyak jelantah dengan menggunakan suhu ruang (27°C – 32°C).
Proses biodiesel ini dipublikasikan di Laboratorium Teknik Reaksi Kimia, Gedung TG Lantai 2 Kampus Tenggilis Ubaya, Jalan Raya Kalirungkut Surabaya, Senin, 27 Februari 2017.
Kelebihan proses pengolahan minyak jelantah menjadi biodiesel karya mereka, proses pembuatannya menggunakan teknologi ozonasi yang melibatkan reaksi ozonolisis dan transesterifikasi, sehingga mampu memotong ikatan rangkap di minyak goreng bekas dan menghasilkan metil ester rantai pendek dan metil ester rantai panjang.
Teknologi ozonasi ini memberikan produk biodiesel yang lebih stabil. Dengan menggunakan reaski stimulan ozonolisis dan transesterifikasi maka biodiesel yang dihasilkan menjadi tidak mudah beku, sehingga cocok digunakan pada negara 4 musim. Melalui proses ini, titik tuang (pour point) mempunyai nilai 6 dari nilai maksimal 18.
Biodiesel merupakan produk yang ramah lingkungan. Carbon yang ada di biodiesel diserap dari atmosphere melalui photosintesa di tanaman. Ketika membakar biofuel maka carbon dikembalikan ke atmosphere dan tidak ada efek level CO2 di atmosphere.
Pada umumnya proses pembuatan biodiesel membutuhkan suhu reaksi 60°C sehingga membutuhkan energi (energy extensive). Sedangkan biodiesel buatan Prof. Lieke dkk hanya membutuhkan suhu ruang, karena teknologi ozon yang dilakukan melibatkan reaksi ozonolisis.
“Pada proses pembuatan biodiesel umumnya membutuhkan energi (energy extensive), mereka membuat energi dengan menggunakan energi. Dengan reaksi ozonolisis ini, kami tidak energy extensive karena menggunakan suhu ruang,” ungkap Prof. Ir. Lieke Riadi, Ph.D.
Bahan baku minyak jelantah dalam percobaan ini diperoleh dari berbagai restoran cepat saji di Surabaya. Proses pembuatan biodiesel ini dimulai dengan membiarkan minyak jelantah dalam kontainer selama 1 hari untuk memisahkan minyak jelantah dari air.
Proses pembuatan dilakukan dalam reaktor yang dilengkapi dengan pengaduk, termokopel, baffle dan sparger untuk mendistribusikan zat ozon.
Minyak jelantah dimasukkan ke dalam reaktor yang didesain dengan volume 1,5 liter. Kemudian memasukkan metanol dengan perbandingan 1:5 dengan minyak dan asam sulfat sebanyak 4% ke dalam reaktor.
Setelah itu gas ozon yang dihasilkan dari generator ozon dialirkan dari bagian bawah reaktor melalui sparger.
Waktu reaksi berkisar 170 – 200 menit dengan kecepatan pengadukan 400 rotasi per menit (rpm) untuk mendapatkan kontak yang baik antara minyak jelantah, metanol dan ozon.
Produk hasil reaksi dinetralkan dengan menambahkan sodium bikarbonat sampai pH netral. Kemudian ditambahkan air hangat sebanyak 2 kali volume metanol mula-mula untuk memisahkan sisa metanol dan gliserol dari produk biodiesel.
Selanjutnya, biodiesel dicuci dengan air hangat sebanyak 3 kali volume biodiesel untuk memisahkan zat pengotor. Produk biodiesel yang masih bercampur dengan air dipisahkan dan kemudian dikeringkan dengan menambahkan magnesium sulfat anhidrat kemudian disaring.
Pembuatan biodiesel ini memiliki yield sebesar 87,23%, jadi misalnya dari 5 liter minyak jelantah dapat menghasilkan 4,36 liter biodiesel. “Rencana kedepan saya ingin membuat pilot plant untuk mengarah ke komersial,” terang Prof. Ir. Lieke Riadi, Ph.D. (Ganefo)