SURABAYA, beritalima.com – Pasca ditutupnya Lokalisasi Dolly tempat prostitusi terbesar se Asia bukan berarti Surabaya bebas dari bisnis prostitusi yang sangat menggiurkan bagi penikmat kaum hawa, tidak hanya itu, untuk mencari rupiahpun akan lebih mudah.
Praktik prostitusi yang kerap masih ada termasuk panti pijat plus-plus yang menawarkan layanan kepada konsumen sampai memuaskan birahinya.
Banyak prostitusi yang berbunyi Panti Pijat, Karoke dan lainnya, seperti dikawasan, Sememi, Kedungdoro, Bratang, Menur, dan masih banyak yang lainnya yang sudah tidak asing lagi bagi tamu yang sudah terbiasa dengan layanan exslusif.
Lembaga Pemerhati Kebijakan Publik dan Transparansi Anggaran (LPKP-TA) Provinsi Jawa Timur memantau jalannya bisnis haram di Kota Surabaya itu.
“Dari depan memang terlihat Panti Pijat, namun begitu masuk dan memilih Teraphisnya dan masuk kedalam kamar disitulah terjadinya prostitusi, dan saya yakin ini para aparatur Pemerintah kota Surabaya tau adanya prostitusi tersebut” tutur AH. Manggar, Koordinator Lapangan LPKP-TA kepada beritalima.com (21/1).
Menurut Manggar, Bisnis Prostitusi tidak akan pernah habis jika penegakan cuma setengah – setengah, dan tidak menutup kemungkinan ini sudah ada kerjasama dengan aparat terkait.
“Saya melihat permainan bisnis Prostitusi ini sudah berjalan lama, bahkan sejak belum ditutupnya Dolly, apalagi lokalisasi sudah tidak ada, ya tentunya pelariannya ke panti Pijat” Tambah Manggar. (y)