BKKBN Jatim dan DPR RI Berulangkali Sosialisasi Pencegahan Stunting di Trenggilis Mejoyo

  • Whatsapp

SURABAYA, beritalima.com | Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Jawa Timur dan DPR RI kembali menggelar “Promosi Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) Program Percepatan Penurunan Stunting Pada Masyarakat di Wilayah Khusus Tahun 2022” di Trenggilis Mejoyo, Surabaya.

Dalam kegiatan bertajuk Bincang Sore pada Sabtu (12/12/2022) lalu ini menghadirkan narasumber Anggota Komisi IX DPR RI Arzeti Bilbina, Koordinator Bidang Pengendalian Penduduk BKKBN Jatim Uni Hidayati ST MM, dan Kepala Bidang Pengendalian Penduduk dan Keluarga Sejahtera Kota Surabaya dr Atik Tri Arini.

Arzeti mengatakan, masyarakat kini sudah tahu bahwa anak-anak penderita stunting itu tumbuh kembangnya tidak sama dengan anak-anak seusianya. Untuk mencegah ini, peranan ibu sangat penting, yakni bila mau punyak anak harus direncanakan terlebih dahulu. Jika mau memiliki reproduksi yang sehat, harus memperhatikan kategori usia.

Dijelaskan, permasalahan reproduksi bagi cantin (calon pengantin) perempuan dan laki-laki menjadi hal terpenting. Pesannya, memiliki anak yang cerdas dan hebat bukan hanya saat dilahirkan, melainkan saat masih di dalam rahim.

Dia menuturkan, mengenai kesehatan organ reproduksi cantin harus dikontrol ke dokter untuk mengetahui apakah siap dibuahi atau tidak. “Demikian juga setelah menikah dan hamil, harus juga dikontrol ke dokter, di samping bisa memberikan ASI, gizi dan lingkungan yang bersih.

“Mari bersama-sama melakukan gerakan dalam mengikuti, mengawasi dan membimbing anak-anak kita untuk menjadi anak yang sehat dan cerdas, sehingga kelak menciptakan Generasi Emas,” kata Arzeti.

Sementara itu Uni Hidayati ST MM menyampaikan, kegiatan Sosialisasi Program Bangga Kencana terkait percepatan penurunan stunting ini sangat bagus sekali. Sosialisasi kepada masyarakat ini dapat menambah pengetahuan kepada masyarakat terkait apa itu stunting dan bagaimana cara pencegahannya.

“Dukungan dari DPR RI khususnya Komisi IX sangat bagus sekali karena sangat mendukung. Selama ini literasi masyarakat terkait stunting dari informasi di televisi, radio, dan media-media lainnya. Sosialisasi secara langsung ini sangat dirasakan dampak dan manfaatnya oleh masyarakat,” tuturnya.

“Stunting ini merupakan pola pengasuhan pada seribu hari pertama kehidupan (HPK). Jadi dalam 207 hari masa kehamilan yang harus diperiksakan ke Puskesmas minimal 6 kali,” ujar Uni.

Menurutnya, kunci agar tidak terjadi stunting, pada 1000 HPK dan pada saat kehamilan, selain diperiksakan ke kesehatan, harus mengonsumsi makanan bergizi dan tablet tambah darah. Setelah melahirkan 730 hari, bayi harus diberi ASI eksklusif serta mengikuti kegiatan posyandu.

Sedangkan dr Atik Tri Arini mengatakan, ada 4 sasaran untuk pencegahan stunting, yakni pasangan usia subur, ibu hamil, ibu nifas, serta ibu yang memiliki anak di bawah usia dua tahun (baduta) dan di bawah lima tahun (balita). (Gan)

Teks Foto: Arzeti Bilbina bersama Uni Hidayati dan Atik Tri Arini di acara sosialisasi yang digelar BKKBN Jatim di Trenggilis Mejoyo, Surabaya.

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait