BKKBN Jatim Edukasi Pencegahan Pernikahan Dini di SMAN 19 Surabaya

  • Whatsapp

SURABAYA, beritalima.com | Ratusan siswa SMAN 19 Surabaya tampak antusias menyimak paparan para narasumber tentang pernikahan dini. Mereka aktif bertanya dan berbagi pandangan tentang masa depan, cita-cita, serta pentingnya menjaga diri dari risiko pernikahan dini.

Kegiatan bertajuk “Stop Pernikahan Dini agar Tidak Menjadi JUS (Janda Usia Sekolah)” ini bukan sekadar sosialisasi, tetapi gerakan moral yang menggugah kesadaran generasi muda untuk lebih mencintai masa depan mereka.

Kegiatan ini digagas Pokja Insan Jurnalistik Keluarga Berencana (PIJAR), berkolaborasi dengan Kemendukbangga/BKKBN Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Timur, DP3APPKB Kota Surabaya, dan SMAN 19 Surabaya.

Plh. Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Timur, Sukamto SE M.Si menegaskan, remaja merupakan aset penting bangsa, calon ayah dan ibu masa depan yang perlu disiapkan dengan baik.

Ia menyoroti pentingnya tiga hal yang harus dihindari generasi muda; pernikahan dini, narkoba, dan hubungan pranikah tanpa pengetahuan kesehatan reproduksi yang benar.

“Masih banyak kasus pernikahan dini di beberapa daerah Jawa Timur. Dampaknya bukan hanya pada kesiapan mental dan ekonomi, tetapi juga berpotensi melahirkan anak-anak stunting,” ujarnya.

“Itulah sebabnya, pemerintah mendorong agar usia ideal menikah 21 tahun bagi perempuan dan 25 tahun bagi laki-laki dapat benar-benar dipahami oleh para remaja,” jelas Sukamto.

Ia menambahkan, gerakan ini harus terus berlanjut hingga ke tingkat SMP dan pondok pesantren, dengan dukungan media dan komunitas pendidikan. “Kami berharap kolaborasi seperti ini menjadi langkah kecil menuju zero pernikahan usia dini di Jawa Timur,” ucapnya.

Agustina Pertiwiningrum, Kepala SMAN 19 Surabaya, menyampaikan terima kasih atas terselenggaranya kegiatan ini di sekolah yang dipimpinnya. Baginya, edukasi seperti ini sangat penting untuk membentengi siswa dari keputusan-keputusan yang bisa merugikan masa depan mereka.

“Program ini sangat membantu sekolah. Anak-anak perlu tahu risiko dan dampak dari pernikahan dini. Kami berharap mereka bisa fokus pada pendidikan dan menggapai cita-cita sebelum memikirkan pernikahan,” ujarnya.

Agustina juga menjelaskan, di sekolahnya telah terbentuk Sekolah Siaga Kependudukan (SSK) dan PIK-R (Pusat Informasi dan Konseling Remaja), yang menjadi ruang aman bagi siswa untuk berbagi cerita dan mendapat pendampingan.

“Melalui SSK dan PIK-R, kami membentuk konselor sebaya yang siap mendengarkan curhatan teman-temannya. Sekolah harus menjadi tempat ternyaman bagi anak-anak, tempat mereka tumbuh tanpa takut dihakimi,” terangnya.

Ketua Pokja PIJAR, Tunggal Teja Asmara, menegaskan bahwa kegiatan ini merupakan bentuk kepedulian jurnalis terhadap masa depan generasi muda. “Kami ingin menyampaikan pesan moral bahwa pernikahan dini bukan solusi, melainkan awal dari banyak masalah,” tuturnya.

Kegiatan edukasi ini menghadirkan narasumber inspiratif seperti Dr. Lia Istifhama, Soffy Balgies M.Psi, Psikolog Astri Kurniasari S.Tr.Keb, dan Akbar Maulida Arissadewa S.Ked. (Gan)

Teks Foto: Para Siswa SMAN 19 Surabaya saat menyimak paparan narasumber tentang resiko pernikahan dini.

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com

Pos terkait