SURABAYA, beritalima.com | Keresahan orang tua dan guru terhadap kondisi kenakalan anak mendorong Badan Kerjasama Organisasi Wanita (BKOW) Provinsi Jatim menggelar seminar bertema “Kiat Membangun Hubungan Sehat Orang Tua, Sekolah dan Anak Dalam Rangka Reintegrasi ABH”. Seminar digelar di Hotel Kampi Surabaya, Selasa (17/9/2019) dihadiri Ketua Umum BKOW Provinsi Jatim Dra. Hj. Fatma Saifullah Yusuf, pengurus dan anggota pleno BKOW Provinsi Jatim, serta mengundang 40 guru bimbingan konseling (BK) SMA/SMK se-Kota Surabaya.
Seminar yang menjadi bagian acara dari Rapat Pleno BKOW Provinsi Jatim ke-3 Tahun 2019 ini menyuguhkan berbagai informasi yang disampaikan narasumber Riza Wahyuni, S.Psi., MSi., Psikolog dan Dosen Fakultas Psikologi dan Kesehatan UIN Sunan Ampel Surabaya Dr. Nailatin Fauziyah, S.Psi., M.Si. M.Psi. Psikolog.
Ditemui usai acara, Fatma Saifullah Yusuf menjelaskan BKOW Provinsi Jatim menggelar seminar parenting karena melihat banyak anak-anak yang nakal dalam tanda kutip. Nakal dalam tanda kutip yang dimaksud Fatma bukan karena anak benar-benar nakal tapi karena kurang mengertinya orang tua maupun sekolah terhadap kondisi anak. Sehingga perlu adanya komunikasi yang baik antara anak, orang tua dan sekolah.
“Nah, ini diperlukan seminar seperti ini untuk memberikan informasi kepada guru, ibu-ibu BKOW dimana hubungan antara sekolah dan anak ini harus baik, informasi yang ada di sekolah itu harus kita lakukan di rumah. Misalnya saja pada anak saya yang masih SMP ini selalu ada buku khusus untuk orang tua dan guru, buku penghubung dimana mereka juga mengajarkan beberapa hal yang kita juga harus ajarkan di rumah,” kata istri mantan Gubenur Jatim Saifullah Yusuf.
“Bagaimana kita menyampaikan kepada guru-guru kalau ada anak-anaknya kurang baik menurut kami dan kami sampaikan ke sekolah. Biasanya dinasehati oleh gurunya mempan. Jadi sayapun sangat terbantu dengan adanya buku penghubung semacam ini,” lanjut Fatma.
Dari hasil seminar ini, Fatma berpesan untuk orang tua agar mengerti tentang kondisi anak zaman sekarang, dimana gadget bisa sangat mempengaruhi baik buruknya anak.
“Anak-anak tidak bermain gagdet juga ketinggalan zaman, tetapi ada waktunya sendiri, seperti jam 18-21 (pukul 18.00-21.00 WIB) adalah waktu untuk anak kita dampingi, dimana anak butuh pendampingan kita minimal lebih banyak berkomunikasi. Daripada mereka kita pegangi gadget,” pesan pendiri Fatma Foundation.
Fatma kemudian menceritakan aktivitas anak bungsunya, M. Farellino Ramadhan, pada pukul 18.00-21.00. “Anak saya sendiri jam segitu biasanya guru ngajinya sudah datang, nanti seminggu dua kali guru pembimbing pelajaran sekolahnya datang, justru Reno (sapaan M. Farellino Ramadhan) menikmati liburannya hari Sabtu dan Minggu, tapi Sabtu dan Minggu itu juga banyak tugas dari sekolah tentang kemandirian, dia harus cuci baju sendiri, cuci gelas sendiri dan itu sangat baik,” ujar ibu 4 anak ini.
Menurut Fatma, ada saatnya anak boleh bermain saat libur sekolah. Namun dengan adanya tugas kemandirian seperti membersihkan rumah hingga berolahraga bersama orangtua anak-anak akan disibukkan dengan hal yang postif.
(RR)