KUPANG, beritalima.com — Dalam upaya meningkatkan pemahaman dan kapasitas jurnalis dalam meliput bencana dan manajemen resiko bencana, SDC (Sustainable Disaster Communication) bekerja sama dengan BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) menggelar workshop terkait penanggulangan bencana kepada puluhan wartawan di Kupang.
Kegiatan ini bertujuan untuk membekali jurnalis dengan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk memberikan informasi yang akurat dan relevan dalam situasi bencana.
Workshop yang berlangsung mulai 7 s.d 9 November 2023, diikuti puluhan wartawan yang tergabung dalam organisasi konstituen Dewan Pers (PWI, AJI, IJTI, AMSI, SMSI, dan JMSI) di Hotel Aston Hotel Kupang.
Mereka akan memahami konsep dasar manajemen resiko bencana, pemahaman tentang jenis-jenis bencana, dan keterampilan peliputan yang aman dalam situasi bencana.
Kepala Bidang Komunikasi Kebencanaan Dodi Yuleova dalam laporannya menyampaikan, workshop ini menghadirkan 30 orang peserta yang terdiri dari 25 orang jurnalis 5 orang dari OPD BPBD dan Dinas Kominfo NTT.
Tujuan dari workshop tersebut, yaitu pertama meningkatkan pengetahuan tentang risiko bencana dan mitigasi, kesiapsiagaan, tanggap darurat. Kedua, mengenalkan sistem komando penanganan darurat bencana. Ketiga, meningkatkan kompetensi jurnalis dan reportase bencana alam. Keempat, memperkuat relasi diantara BNPB, BPBD dengan rekan jurnalis.
Kepala Pelaksana BPBD Provinsi NTT, Ambrosius Kodo, dalam sambutannya menyampaikan kegiatan kerjasama BNPB dengan SDC yang akan dilakukan selama tiga hari ini sangat penting bagi para jurnalis.
“Kegiatan ini penting bagi jurnalis, karena peran jurnalis di dalam upaya penanggulangan bencana sangat penting, katanya.
Ia mengatakan, peran media yang sangat ini tidak saja hanya terjadi saat darurat, tetapi dalam segala kesiapsiagaan bencana di daerah.
“Seperti pencegahan melalui edukasi bagi warga meningkatkan kesiapsiagaan bencana. Tanggap darurat itu memberikan informasi pasti kepada warga,” kata dia.
Lanjut Ambrosius, Pemerintah sadar betul bahwa peran jurnalis itu sebagai subsistem yang tidak bisa terabaikan dalam segala proses penanggulangan bencana.
“Harapan kita, kegiatan yang berlangsung selama tiga hari kedepan ini bisa membawa dampak yang positif bagi para jurnalis dalam penanggulangan risiko bencana di wilayah NTT,” pungkas Ambros. (*)