JAKARTA, Beritalima.com|
PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) meraih dana segar US$ 300 juta dari penerbitan junior global bond (tier 2 capital). Aksi perdana perseroan ini meraih kelebihan permintaan (oversubscribed) dari para investor asing hingga US$ 3,6 miliar atau 12,3 kali.
Joint lead manager yang menangani penerbitan junior global bond BTN adalah HSBC, Citigroup, dan Standard Chartered. Para bankir dari institusi keuangan tersebut sebelumnya telah melakukan roadshow di Singapura dan Hong Kong.
Direktur Utama BTN Pahala N Mansyuri mengatakan, tingginya permintaan dari para investor global disebabkan kondisi ekonomi Indonesia yang dinilai cukup stabil. Disamping itu ada beberapa faktor lain seperti kondisi makro ekonomi global yang membaik menyusul kesepakatan Amerika Serikat dan Tiongkok mengenai perdagangan kedua negara.
“Investor global sangat tertarik untuk melakukan investasi di Indonesia. Ini terbukti dari sambutan yang sangat baik saat penawaran global bond yang baru pertama kali kami terbitkan ini,” kata Pahala dalam keterangan resmi melalui Rilisnya.
Sesuai rencana, BTN akan menggunakan hasil emisi dari junior global bond untuk memperkuat modal dan mengantisipasi pertumbuhan di masa mendatang.
Surat utang ini memiliki tenor 5 tahun dengan kupon fixed
sebesar 4,2%. Kupon tersebut lebih rendah dibandingkan indikasi kupon yang diberikan yaitu 285-310 bps over US Treasury tenor 5 tahun yang digunakan sebagai acuan. Dengan demikian, harga final 4,2% hanya 260 bps di atas instrumen acuan.
Direktur Keuangan BTN Nixon LP Napitupulu menjelaskan,
mayoritas investor yang menyerap junior global bond perseroan berasal dari Asia dan di atas 85% adalah fund manager atau asset management. Sementara sisanya perusahaan asuransi dan perbankan
“Dengan tambahan dana segar dari hasil penerbitan ini, pinjaman subordinasi dari institusi lainnya, maka rasio kecukupan modal kami akan terus menguat, kurang lebih akan menjadi 17% per Januari 2020 lebih tinggi dari posisi September 2019 yang sebesar 16,88%,” kata Nixon.
Adapun peningkatan rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio sesuai dengan target CAR BTN di level 17-19%. Hal ini akan mendorong penyaluran kredit Bank BTN yang tahun ini ditargetkan kurang lebih 10%.
Menurut Nixon, dengan adanya tambahan dana yang berjangka panjang tersebut, BTN dapat mengimplementasikan PSAK 71/IFRS9 yang mensyaratkan BTN meningkatkan pencadangan menghadapi tantangan likuiditas, dan memitigasi maturity mismatch.
Secara konsisten, perseroan juga dapat menjaga pertumbuhan bisnis Bank BTN dengan kontribusi penyaluran kredit properti di atas 65% terhadap realisasi program Sejuta Rumah.
Dengan keberhasilan BTN ini, maka sudah ada dua emiten yang sama-sama mengalami kelebihan permintaan dari para investor asing atas penerbitan global bond. PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) menjadi emiten pertama di awal tahun ini yang berhasil menerbitkan obligasi bertenor lima tahun senilai US$ 325 juta. Perseroan mengalami oversubscribed
hingga 4,5 kali.
Pekan ini, PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) melalui Medco Bell Pte Ltd juga segera menuntaskan
roadshow dari penawaran global bond perseroan. Para pihak yang menangani penawaran Medco adalah Morgan Stanley, Standard Chartered Bank, Societe Generale, Credit Suisse, DBS Bank Ltd, dan PT Mandiri Sekuritas,
Usulan penerbitan global bond ini telah meraih hasil pemeringkatan dari dua lembaga rating internasional. Moody’s Investors Service memberikan peringkat B1 dengan prospek stabil. Hasil obligasi akan disimpan dalam rekening penampungan dan pada akhirnya digunakan untuk membayar obligasi rupiah yang jatuh tempo pada 2021.
Medco juga berencana melakukan tender awal untuk global bond yang jatuh tempo 2022.
Sementara, PT Pertamina mengusulkan program penerbitan surat utang jangka menengah (medium term note/MTN) global hingga US$ 10 miliar. Fitch Ratings telah memberikan peringkat BBB dengan prospek stabil kepada Pertamina untuk usulan penerbitan MTN global. Peringkat Pertamina ini sama dengan peringkat Republik Indonesia (RI) sebagai pengendali perseroan. (yul