Buah Kesabaran yang Tak Lekang Waktu

  • Whatsapp

Kita tidak bisa hadir ke dunia tanpa adanya seorang ibu. Ibu menjadi sosok penting bagi setiap anak. Beliau mendampingi setiap tumbuh dan kembang sang anak. Memastikan buah hatinya dalam keadaan baik. Begitulah ibuku.

Aku belajar banyak dari beliau, salah satunya tentang kesabaran. Kesabaran yang kupunya tentunya berbeda dengan kesabaran ibu. Hal itu pula yang membuatku bangga kepadanya. Belum tentu orang lain menjalani hidup ibu akan tegar seperti beliau.

Sebagai seorang anak, aku belum pernah melihat Ibu mengeluh. Entah beliau yang pandai menyembunyikan atau entah aku yang memang kurang peka. Terlepas dari itu, aku selalu ingin membahagiakannya. Aku ingin setiap tetes peluhnya mendapatkan hasil yang pantas.
Ia belum berhenti dari pekerjaannya sebagai penjahit di salah satu konveksi kecil, meskipun usianya memasuki angka lima puluh tahun. Kehidupan di desa tidak bisa diandalkan dari hasil sawah saja. Ya, memang betul di desa tidak perlu membeli beras. Namun, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari pastilah membutuhkan penghasilan tambahan.

Dari pekerjaannya itu pula bisa mencukupi kebutuhanku saat sekolah hingga sekarang. Kakinya tak henti mengayuh pedal sepeda untuk sampai tempat kerja. Tangannya juga tak pernah lelah untuk membuat pesanan. Bertahun-tahun menjalani, tidak pernah sedikit pun mengeluh.
“Ya capek, tapi lumayan ada pemasukan tambahan,” katanya ketika aku menanyakan lelah atau tidak.

Apalagi ketika pagi hari pun harus mengurus nenek terlebih dahulu. Memandikan nenek yang sudah tidak bisa jalan dengan sempurna dan juga harus memasak. Ibu bekerja dari pagi hingga sore hari. Hanya di hari Minggu ibu libur.
Bertahun-tahun ibu melalui hidupnya dengan seperti ini. Bertahun-tahun ibu tidak pernah menyerah, meskipun mungkin lelah. Semoga Tuhan senantiasa memberikan ibu kesehatan dan umur panjang agar aku bisa membuatnya bangga.

(Retno Ayuningrum
Politeknik Negeri Jakarta)

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait