GRESIK,beritalima.com- Sejarah Desa di Kecaman Sidayu yang saat ini bernama Kertosono dikupas tuntas oleh tim dari Lembaga Seniman Budayawan Muslimin Indonesia (Lesbumi) PBNU.
Dari penelitian lembaga tersebut, terkuak Desa/Dusun Kertosono dahulu pada zaman jawa kuno bernama ‘Pilang’. Nama ini menurut Budayawan sekaligus Ketua Lesbumi PBNU, KH Agus Sunyoto berasal dari nama pepohonan.
Data tersebut diketahuinya saat Dia melakukan penelitian hingga ke negeri Belanda tepatnya di Musium Nasional Belanda. disitu terdapat sebuah peta pulau Jawa ketika negeri kincir angin tersebut menjajah Indonesia.
“Dari peta 1866 dulu nama Desa Kertosono ini adalah Pilang. Nama Pilang ini diambil dari pohon Pilang, sekitar tahun 1800-an sudah ada nama itu,” ujar Sejarawan NU ini.
Nama Kertosono sendiri lanjutnya, berasal dari dua kata Kerto, artinya Damai atau tentram Sono artinya tempat. Jika digabungkan artinya menjadi tempat yang damai.
Jika menilik perubahan nama dari Pilang Ke Kertosono, KH Agus Sunyoto menduga karena Desa tersebut dahulu sering mengalami konflik sehingga nama tersebut diganti.
Di peta Belanda, juga dibeberkan, bahwa secara administrasi kewilayahan, Desa Kertosono masuk Distrik Sidayu, Residensi Gresik. Sedang secara geografis/demografis, kondisi rumah warga Kertosono saat itu agak jauh dari Jalan Raya. Untuk masuk ke Desa harus melewati jalan yang dikelilingi pohon pilang/ jati.
Selain itu, KH Agus Sunyoto juga menjelaskan agama yang dianut warga Kertosono bernama Tantra Bairawa/ Kapitayan atau orang belanda sebut Animisme/Dinamisme.
Selain Desa Kertosono, KH Agus Sunyoto juga melakukan penelitian di Dusun Sidorukun yang sekarang sudah masuk menjadi Bagian Desa Kertosono. Dusun Sidorukun sendiri sebelumnnya bernama “ Kureng” yang artinya Sesajen.
Dilihat dari nama tersebut, Dia memperkirakan Dusun Sidorukun ini dianggap tempat sacral dan dan banyak pohon besar sehingga dipercaya banyak jin yang menempatinya. “Berdasarkan nama itu, Mungkin disini Ada tempat yang dianggap keramat. Pada zaman belanda disini banyak pohon besar,” urainya menilik peta Belanda.
Ungkapan tersebut, dikuatkan dengan adanya peninggalan sejarah berupa Punden atau makam leluhur yang menujukkan wilayah ini kategori sangat angker. Punden tersebut, saat ini letknya berada di Desa Golokan Kecamatan Sidayu atau utaranya Dusun Sidorukun.
Terkait dengan angkernya Dusun tersebut, KH Agus Sunyoto, menyarankan agar warga tidak meninggalkan tradisi NU berupa tahlilan, sebab, amalan tersebut merupakan metode Walisongo untuk mengusir Jin. “Silahkan dilestarikan tradisi Walisongo, agar Desa ini Damai, tenteram,” pungkasnya saat Ngaji sejarah di Desa tersebut. (Ron)