ACEH, Beritalima- Di era yang begitu sulit untuk mencari pekerjaan, maka wirausaha menjadi solusi untuk terus dapat berkarya dan produktif terutama bagi para pemuda yang memiliki kreatifitas, hal tersebut disampaikan Wahyu Saputra, Jum’at-19-05-2017.
Khusus Aceh yang memiliki lahan dan tanah yang begitu subur, tentunya sektor pertanian dan perkebunan sangat memberikan peluang besar untuk dapat dimanfaatkan.
Budidaya pertanian di bidang kakao atau coklat yang selama ini banyak terdapat di Aceh. Buah kakao merupakan buah yang dapat diolah menjadi berbagai produk makanan, mulai dari makanan yang familiar seperti coklat hingga divariasikan dengan olahan yang unik dan beda. Oleh karena itu, kini mulai banyak warga yang minat untuk membudidayakan tanaman ini.
Wahyu Saputra, salah seorang pengusaha muda di Aceh. Ia mengatakan bahwa budidaya kakao atau coklat sangatlah memiliki prospek yang besar apabila digeluti oleh para pemuda.
Ia yang memiliki 3 hektar lahan yang ditanami coklat di kawasan Saree Aceh Besar selama ini telah memberikan hasil yang lumayan besar. “Alhamdulillah lahan saya yang di Saree Aceh Besar saat ini mampu melakukan panen 3 hingga 4 kali dalam setahun, dan sekali panen bisa mencapai satu ton,” kata Wahyu,
Menurutnya, pengelolaan lahan kakao tidaklah serumit yang dibayangkan, yang terpenting adalah semangat bekerja dan juga semangat untuk terus belajar.
Hasil dari Kakao ini cukup lumayan, apalagi jenis tanaman kakau/coklat tidak mengenal musim dan dapat berbuah kapan saja, yang terpenting adalah telaten dan terus belajar.
Untuk hasil panennya, Wahyu mengatakan bahwa dalam satu hektar kebun coklat dapat dipanen 3 hingga 4 kali dan menghasilkan 3 hingga 5 ton dalam setahun. Sedangkan untuk harga jualnya rata-rata sekitar Rp20 ribu per kilo, jika ada 4 ton maka setahun proyeksinya bisa mencapai Rp80 juta pertahun.
Memang ada beberapa tantangan dalam menanam coklat, seperti persoalan hama dan juga curah hujan, namun hal itu dapat disiasati dengan pemberian pupuk dan juga perawatan yang bagus.
Pengurus Kadin Aceh ini sangat menyarankan agar pemuda memiliki semangat untuk bertani atau berkebun.
Bertani itu adalah hal yang mudah, para orang-orang tua kita sejak dulu telah melakukannya. Daripada kita duduk di warung kopi berjam-jam tanpa kegiatan yang positif, alangkah lebih baiknya kita mencangkul. Memang bekerja itu lelah, namun lebih baik lelah sekarang dan kemudia menikmati hasil,” jelas Wahyu,’’(**)00