SURABAYA, beritalima.com | Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini bersama Forum Pimpinan Daerah (Forpimda) Surabaya menghadiri sekaligus membuka acara Papua Festival 2019 yang bertajuk Life, Art, Culture yang berlangsung di Atrium Tunjungan Plaza (TP) 6 Surabaya Jumat, (22/11/19). Pada kesempatan itu, Wali Kota Risma mengenakan batik merah secara simbolis memukul gong sebagai pertanda dibukanya acara.
Wali Kota Risma mengucapkan terima kasih kepada anak-anak Papua yang tinggal di Kota Surabaya. Bagi dia, ini merupakan bukti bahwa mereka semua (anak-anak Papua) bisa sukses di Kota Surabaya, baik yang tengah menempuh pendidikan maupun yang sudah bekerja.
“Terima kasih anak-anakku dari Papua. Kalian sudah membuktikan bisa menjadi kebanggaan kami semua dengan sukses mencari ilmu di sini. Saya berharap yang sekarang masih kuliah di Surabaya, tolong buktikan bahwa kalian juga bisa!,” kata Wali Kota Risma mengawali sambutannya.
Pada kesempatan itu, Wali Kota Risma juga memberikan motivasi kepada anak-anak Papua agar terus belajar dengan sungguh-sungguh. Ia berharap, mereka dapat meraih keberhasilan dan membawa harum nama keluarganya. Bahkan ia sangat yakin, suatu hari nanti anak-anak Papua bisa berbicara di Forum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) seperti dirinya. “Anak-anakku, ibu sebagai Wali Kota bisa bicara di forum PBB. Kalau gitu kalian pasti bisa bicara di Forum PBB sebagai Presiden Republik Indonesia,” tegasnya.
Setelah memberikan motivasi kepada anak-anak Papua, Wali Kota Risma kemudian memberikan penghargaan kepada pelajar asal Papua yang berprestasi. Menariknya, setelah penyerahan penghargaan itu, mereka bersama-sama kemudian menyanyikan lagu berjudul Tanah Papua. Nampak, Wali Kota Risma memengang erat salah satu tangan anak papua yang menjadi pemandu acara sembari menyanyi bersama. “Kita ini satu Indonesia. Tidak ada perbedaan. Warna kulit itu bukan masalah. Kita adalah Indonesia,” kata dia,
Menurut Wali Kota Risma, kerajinan tangan asal Papua ini sangat menarik. Bahkan, ia mengakui juga mengumpulkan beberapa kerajinan khas dari daerah lain, seperti tenun. “Kita punya banyak sekali keindahan dan karya-karya di Indonesia ini. Saya suka mengumpulkan tenun dari NTT atau NTB sering saya pakai saat dimana pun. Bahkan saya jarang menggunakan jas. Itu sebagai salah satu bentuk kecintaan saya pada karya-karya Indonesia,” pungkasnya. (*)